kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.679.000   7.000   0,42%
  • USD/IDR 16.490   100,00   0,60%
  • IDX 6.520   249,06   3,97%
  • KOMPAS100 949   42,15   4,65%
  • LQ45 738   34,14   4,85%
  • ISSI 202   5,55   2,82%
  • IDX30 382   17,70   4,85%
  • IDXHIDIV20 462   16,68   3,75%
  • IDX80 107   4,47   4,34%
  • IDXV30 110   2,54   2,36%
  • IDXQ30 125   5,23   4,36%

BI : Aliran hot money harus mulai diwaspadai


Kamis, 28 April 2011 / 11:57 WIB
BI : Aliran hot money harus mulai diwaspadai
ILUSTRASI. Efek resesi ekonomi Singapura tidak terlalu berdampak ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


Reporter: Nina Dwiantika, Bernadette Christina Munthe |

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyatakan arus modal portfolio (hot money) secara global dapat menekan apresiasi mata uang domestik. Sebab jika terjadi, bank sentral harus menanggung ongkos moneter yang besar karena melakukan sterilisasi atas banjirnya likuiditas di pasar uang domestik yang bisa menekan neraca keuangan.

Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution mengungkapkan persoalan arus modal bukan lagi sebatas permasalahan negara emerging market, namun bergeser menjadi masalah global.

Menurutnya, arus modal juga dapat menciptakan dampak destabilisasi di pasar keuangan karena berisiko mengakselerasi kenaikan harga aset terlalu cepat sehingga berpotensi bubble.

"Derasnya arus modal bukan semata karena pengaruh faktor siklikal, akan tetapi juga faktor struktural yang dominan," kata Darmin, Kamis (28/4).

Darmin memaparkan, faktor siklikal itu terkait dengan melebarnya kesenjangan kecepatan laju pertumbuhan ekonomi antara negara berkembang dan negara maju (multi speed growth).

Sedangkan, soal faktor struktural terkait dengan dua hal di antaranya likuiditas global yang melimpah, sebagai konsekuensi dari ekspansi moneter secara massive di negara maju pada masa krisis.

Kemudian, pergeseran profil risiko berinvestasi antara negara maju dan emerging market, terkait dengan perkembangan fundamental makro emerging market semakin kuat dibanding negara maju. Hal ini memperkuat risk appetite investor berinvestasi di emerging market.

Sebagai catatan, pada 18 April lalu, Standard & Poor baru saja menempatkan negative outlook pada peringkat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) dan negara ini dipandang berisiko kehilangan rating AAA, kecuali mampu mengurangi defisit dan jumlah utang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×