Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Johana K.
JAKARTA Pamor sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di mata para pelaku industri perbankan dewasa ini kian menanjak. Hampir semua bank mengincar sektor UMKM untuk meraup keuntungan sebesar mungkin dari aktivitas penyaluran kredit.
Ibaratnya, micro-finance menjadi pasar yang seksi. Bank-bank umum dari mulai bank kelas teri sampai bank beraset ratusan triliun berbondong-bondong masuk menggarap pasar kredit sektor UMKM. Alhasil, keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang notebene lebih dekat dengan micro-finance pun kian terdesak.
Bank Indonesia (BI) mengaku tak tutup mata dengan fenomena tersebut. Regulator mengaku tengah mencari cara agar persaingan di ranah kredit wong cilik tersebut bisa berjalan sehat. "Kami terus menggali model kerjasama seperti apa yang bisa memberikan "win-win position" antara bank umum dan BPR tanpa harus mematikan salah satunya. Ke depan, kami sedang bangun model kemitraan seperti apa lagi yang bisa diterapkan selain dengan linkage program," jelas Deputi Gubernur BI Muliaman D. Hadad di Jakarta, Kamis malam (30/4).
Selama ini, melalui linkage program, BPR memang dirangkul oleh bank umum agar lebih lancar menyalurkan kredit mikro. Yang terakhir, adalah keberadaan bank Apex alias bank induk bagi BPR. "Itu kan bisa bantu BPR untuk keperluan likuiditas," katanya.
Di lapangan, keluhan para bankir BPR kerap terdengar terkait caplok mencaplok nasabah dan persaingan harga alias bunga kredit. Sebagai bank yang segmennya berada di bawah kelas teri, tentu saja BPR banyak yang angkat tangan ketika bank umum ikut terjun langsung menyasar ceruk mereka. Dengan keunggulan modal dan tingkat efisiensi yang relatif lebih baik, bank umum jelas bisa memberikan harga yang lebih menarik. Walhasil, persaingan pun semakin berat.
Untuk itu BI mengharap dua jenis bank tersebut yakni bank umum dan BPR bisa membangun semangat kebersamaan yang lebih tinggi. "Keinginan untuk menang cepat, potong kompas, harus dihilangkan," tegasnya.
Salah satu model pengaturan yang mungkin akan dikembangkan adalah membuat peta pembatasan wilayah cakupan bank umum dan BPR. "Bisa saja. Namun, sulit, BI nanti yang capek mengawasi," kata Muliaman. Menurutnya, lebih mudah pengaturan persaingannya dengan menggiring bank umum agar menggandeng BPR menjadi salah satu strategi bisnisnya. Misalnya dalam bentuk kredit chanelling alias linkage program tadi.
Sekjen Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Joko Suyanto menuturkan, model kemitraan seperti linkage program dan keberadaan bank Apex akan cukup membantu BPR supaya tetap bisa survive di tengah makin padatnya pemain di sektor kredit mikro. "Itu bisa membantu. Tapi di mana-mana persaingan memang akan terus ada. Kami ada lebih fokus untuk benahi diri," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News