kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI Diramal Akan Kerek Suku Bunga Tahun Ini, Bankir Yakin Kredit Terus Melaju


Senin, 20 Juni 2022 / 20:01 WIB
BI Diramal Akan Kerek Suku Bunga Tahun Ini, Bankir Yakin Kredit Terus Melaju
ILUSTRASI. Antrean nasabah di kantor cabang BRI, Tangerang Selatan, Jumat (23/10/2020). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semua pelaku pasar sedang was-was menunggu hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang akan digelar pada pada Rabu (22/6) dan Kamis (23/6).  Kepastian arah kebijakan suku bunga BI tengah dinantikan di tengah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang makin agresif.

Kebijakan suku bunga The Fed semestinya memang harus diikuti oleh bank-bank sentral negara lain, termasuk Indonesia. Namun, pilihan menaikkan suku bunga bukanlah hal yang mudah.

Di satu sisi, jika BI tak mengerek suku bunganya,maka spread bunga dengan bunga di AS akan tipis sehingga rupiah akan semakin tertekan dan arus keluar asing berpotensi makin deras. Sebaliknya, kalau dinaikkan maka berpotensi menekan ekonomi karena perbankan akan menaikkan bunga kredit. 

Namun, perbankan optimis laju kredit tahun ini tetap akan tinggi meskipun BI menaikkan suku bunga.  Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengatakan, kenaikan suku bunga BI biasanya memang akan mendorong persaingan perebutan dana di masyarakat.

Baca Juga: Transaksi Uang Elektronik Perbankan Kian Melesat

Namun, saat ini perebutan dana tidak seketat ketika ekspansi kredit mencapai dua digit. Likuiditas perbankan, terutama BRI, masih dalam kondisi memadai dimana Loan to Deposit Ratio di kuartal I 2022 mencapai 87%.

Disamping itu, perubahan suku diproyeksikan tidak akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan kredit karena suku bunga kredit bukan satu-satunya variabel untuk meningkatkan pertumbuhan permintaan kredit nasional.

Aestika bilang, berdasarkan perhitungan model ekonometrika, variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.

"Oleh karena itu, BRI tetap optimis bisa mencatatkan pertumbuhan kredit sekitar 9%-11 tahun 2022. Hingga saat ini, tidak ada rencana untuk merevisi target," katanya pada Kontan.co.id, Senin (20/6).

Sementara Jahja Setiaatmadja Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melihat bahwa investor berharap suku bunga dalam rupiah bisa naik karena AS telah menaikkan suku bunga sangat besar.

"(Kenaikan bunga AS yang besar) itu telah menyebabkan rupiah mengalami depresiasi dari Rp 14.400 ke Rp 14.780," ujar Jahja. 

Baca Juga: Luncurkan Fasilitas KUR Digital, Bank Nobu Gandeng SRC Indonesia

Adapun Yuddy Renaldi, Direktur Utama Bank BJB mengatakan, jika bicara ekspektasi, Bank BJB tentu berharap suku bunga acuan BI tidak berubah. Namun, kebijakan AS dengan menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi dan kemungkinan terjadi resesi di AS dalam waktu dekat akan berdampak ke ekonomi dan perbankan Indonesia.

Sehingga menurutnya mau tak mau penyesuai suku bunga BI perlu dilakukan. 

Untuk itu, Bank BJB sudah mempersiapkan diri dengan menyiapkan berbagai strategi mitigasi untuk mengantisipasi jika BI menyesuaikan suku bunga acuan untuk menjaga perekonomian nasional. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×