Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Industri perbankan semakin menunjukkan tanda-tanda perlambatan penyaluran kredit. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), menyampaikan, ketidakpastian isu-isu ekonomi dan politik, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri dan luar negeri membuat bank membatasi penyaluran kredit untuk menghindari risiko.
“Kemungkinan kredit di bawah target 15% pada akhir tahun ini,” kata Halim, kemarin. Mengutip laporan uang beredar BI per Agustus 2014, penyaluran kredit perbankan tercatat sebesar Rp 3.518,9 triliun atau tumbuh 13,4% year on year (yoy), atau melambat dibandingkan pertumbuhan 15,0% per Juli 2014. Perlambatan penyaluran kredit tersebut terjadi untuk kredit bersifat produktif, yaitu kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI).
Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengakui, perbankan melakukan revisi kredit melalui rencana bisnis bank (RBB) menjadi level 15%-16%, dari target sebesar 16%-18%. Kondisi ini sejalan dengan kondisi perekonomian dalam negeri yang terus mencatat penurunan target pertumbuhan ekonomi.
“Memang RBB yang masuk mengindikasikan target pertumbuhan kredit diturunkan, alasan lainnya karena kebutuhan likuiditas mulai mereda,” ucap Muliaman. Selanjutnya, kedua regulator ini akan terus memantau penyaluran kredit perbankan agar sesuai dengan target dan sejalan dengan kondisi perekonomian di dalam negeri.
Sebelumnya, Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri, mengatakan, pertumbuhan kredit akan di batas bawah 15% dari target pertumbuhan kredit Bank Mandiri sebesar 15%-17%, karena perlambatan ekonomi. Namun, perlambatan kredit ini tidak mempengaruhi pergeseran besar terhadap rasio margin bunga bersih atau net interest margin (NIM).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News