kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI rate tetap 4%, bagaimana nasib bunga kredit?


Kamis, 15 Oktober 2020 / 18:31 WIB
BI rate tetap 4%, bagaimana nasib bunga kredit?


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

Sementara itu, menurut Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede, pertimbangan BI untuk kembali mempertahankan suku bunga kebijakan BI7DRR memang tepat. Tentunya, BI menurutnya mempertimbangkan aktivitas ekonomi khususnya sisi permintaan yang masih lemah terindikasi dari rendahnya inflasi tahunan yang dipengaruhi oleh mobilitas masyarakat yang terbatas apalagi setelah pemda DKI memberlakukan PSBB sejak pertengahan September hingga awal Oktober.

"Penurunan suku bunga kebijakan BI saat ini belum akan terlalu mendorong peningkatan aktivitas ekonomi yang lebih signifikan mengingat perilaku konsumsi masyarakat yang masih dipengaruhi oleh perkembangan kasus Covid-19 di dalam negeri," terangnya. Lagipula, menurutnya dalam satu tahun ini BI sudah menurunkan bunga acuan sebesar 100 bps. Namun, hal itu faktanya belum berimplikasi pada peningkatan permintaan kredit perbankan. 

Fungsi intermediasi dari sektor keuangan juga masih lemah akibat Penurunan suku bunga kebijakan BI saat ini belum akan terlalu mendorong peningkatan aktivitas ekonomi yang lebih signifikan mengingat perilaku konsumsi masyarakat yang masih dipengaruhi oleh perkembangan kasus Covid-19 di dalam negeri. 

Baca Juga: Pefindo: Rating perbankan dan multifinance masih kuat

Catatan saja, pertumbuhan kredit pada September 2020 kembali menurun dari 1,04%yoy pada Agustus 2020 menjadi 0,12%yoy. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) naik dari 11,64% yoy pada Agustus 2020 menjadi 12,88% yoy didorong ekspansi keuangan Pemerintah.

Dus, menurut Josua BI ke depan masih akan mempertahankan suku bunga kebijakannya dan mengoptimalkan kebijakan quantitative easing serta bauran kebijakan lainnya untuk mendorong stabilitas nilai tukar rupiah. Dengan kebijakan quantitative easing tersebut diharapkan ketersediaan likuiditas perbankan tetap terjaga sedemikian sehingga mendukung penurunan suku bunga perbankan kedepannya.

Selain itu kondisi likuiditas perbankan akan mendukung optimalisasi fungsi intermediasi perbankan kedepannya setelah aktivitas ekonomi kembali pulih setelah melewati masa pandemi Covid-19. "Kedepannya, fungsi intermediasi perbankan diperkirakan akan semakin membaik sejalan prospek perbaikan kinerja korporasi dan pemulihan ekonomi domestik serta konsistensi sinergi kebijakan," pungkas Josua. 

Selanjutnya: Berikan pendanaan pendidikan, Pintek luncurkan layanan Pintek Instant

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×