kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.310.000   -177.000   -7,12%
  • USD/IDR 16.605   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.153   -85,53   -1,04%
  • KOMPAS100 1.129   -15,68   -1,37%
  • LQ45 806   -13,59   -1,66%
  • ISSI 288   -1,98   -0,68%
  • IDX30 422   -6,44   -1,50%
  • IDXHIDIV20 481   -5,50   -1,13%
  • IDX80 125   -1,86   -1,47%
  • IDXV30 134   -0,30   -0,22%
  • IDXQ30 134   -1,81   -1,33%

BI Tahan Suku Bunga di 4,75%, Saham Big Banks Kompak Memerah


Rabu, 22 Oktober 2025 / 18:47 WIB
BI Tahan Suku Bunga di 4,75%, Saham Big Banks Kompak Memerah
ILUSTRASI. ILustrasi pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/20/05/2019. RDG BI Oktober 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate berada di level 4,75%. Saham big banks kompak memerah.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21-22 Oktober 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate berada di level 4,75%.

Sejalan dengan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merosot ke posisi 8.152,55 atau melemah sebesar 1,04% dari level 8.238,08.

Tak hanya itu, empat saham perbankan besar atau big banks mulai dari BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI kompak melemah pada penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (22/10/2025) pukul 16.00 WIB.

Koreksi ini mencerminkan adanya tekanan jual di sektor perbankan yang selama ini menjadi salah satu sektor penopang indeks.

Baca Juga: Panin Dai-ichi Life Bayar Klaim Asuransi Ahli Waris Nasabah Rp 16,3 Miliar

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi yang paling tertekan. Hingga penutupan, harga BBCA turun 3,24% ke posisi Rp 8.200 per saham dari penutupan sebelumnya.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga terkoreksi 1,60% ke level Rp 3.700 per saham, sejalan dengan tekanan jual di sektor keuangan.

Sedangkan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) turun 0,49% ke harga Rp 4.030 per saham, setelah bergerak fluktuatif sepanjang perdagangan.

Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatat penurunan paling tipis di antara empat big banks. Saham BMRI ditutup di level Rp 4.330 per saham, melemah 0,46% dibanding penutupan kemarin.

Mengenai hal ini, Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer menyampaikan bahwa langkah BI menahan suku bunga tetap di level 4,75% bulan ini menunjukkan bahwa ada sinyal hati-hati karena tekanan nilai tukar atau kondisi global.

“Maka pasar bisa melihatnya sebagai sentimen negatif karena berarti ruang perbankan untuk tumbuh terbatas serta tidak sesuai dengan ekspektasi para pelaku pasar,” ungkap Mifta kepada Kontan, Rabu (22/10/2025).

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus pun menyampaikan bahwa ekspektasi yang tinggi akan potensi BI memangkas tingkat suku bunga acuan menjadi penyebab pergerakan saham big banks kompak memerah pada penutupan perdagangan hari ini.

Apalagi ada sentimen eksternal seperti Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang diperkirakan bakal kembali menurunkan suku bunga acuannya pada bulan Oktober 2025.

“Karena kan sebetulnya The Fed katanya di bulan ini juga akan ikut dan memangkat tingkat suku bungannya,” ujar Nico.

Sentimen kedua adalah, pada awal pekan ini saham big banks tercatat telah mengalami kenaikan atau rebound dibandingkan saham big banks minggu lalu yang juga dicatat kompak ambruk. Nico bilang adanya koreksi setelah saham sempat naik adalah hal yang wajar.

Nico memproyeksi saham big banks masih punya prospek yang baik dan berpotensi untuk menguat karena ada momen window dressing di akhir tahun.

Tapi secara prospek kami pikir masih cukup positif gitu ya khususnya memasuki tahun 2026. Apalagi kan bisnis plan juga sudah sudah mulai tersinkronis dengan baik, sudah diharapkan dapat dimaksimalkan, dapat ditingkatkan akselerasinya pada tahun 2026 mendatang gitu,” lanjut Nico.

Kinerja fundamental

Dari sisi fundamental, Mifta bilang bahwa memasuki periode earning season ke 3 tahun ini, tentu menjadi katalis yang berpengaruh pada arah gerak saham perbankan ke depannya.

Mifta bilang, semuanya akan bergandung dengan bagaimana torehan kinerja keuangan terbaru perbankan nanti, jika updatenya membaik pastinya akan mendorong kenaikan harga sahamnya, tapi jika sebaliknya bisa saja katalis ini kembali menjadi pertimbangan pasar untuk mengoleksi saham perbankan.

Secara forecast, Mifta menilai bahwa periode akhir tahun, tingkat konsumsi biasanya akan meningkat dan diperkirakan bisa mendorong kenaikan permintaan kredit.

“Jadi kami kira view kedepan masih lebih baik. Selain itu saham perbankan juga sudah sempar turun cukup dalam, jadi kami kira sudah cukup price in juga dengan sentimen yang ada,” ujar Mifta.

Rekomendasi saham

Karena beberapa sentimen dan katalis di atas, Mifta merekomendasikan investor mencermati BBRI untuk akumulasi dengan target Rp 4.720 dalam jangka panjang serta saham BMRI untuk akumulasi dengan target harga Rp 6.300 dalam jangka panjang.

Sementara Nico merekomendasikan investor mencermati saham BBCA dengan target harga Rp 8.200 – Rp 8.700 untuk jangka pendek. Untuk jangka panjang, Nico merekomendasikan investor untuk mencermati BBCA dengan target harga Rp 10.570 per saham.

Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Kredit, BI Luncurkan KLM Baru Berbasis Kinerja dan Komitmen Bank

Selanjutnya: Utang Kereta Cepat Direstrukturisasi 60 Tahun, Cek Rincian Pokok & Bunga Utangnya

Menarik Dibaca: Hujan Sangat Lebat di Provinsi Berikut, Simak Peringatan Dini Cuaca Besok (23/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×