kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BI terima putusan DBS mundur


Kamis, 01 Agustus 2013 / 15:51 WIB
BI terima putusan DBS mundur
ILUSTRASI. TikTok logos are seen in this illustration taken February 15, 2022.? REUTERS/Dado Ruvic


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa |

JAKARTA. DBS Group Holdings Ltd mengakhiri perjanjiannya dengan Fullerton Financial Holdings Pte Ltd per hari ini. Hal tersebut berarti membuat DBS mundur dari keinginannya mengakuisisi saham PT Bank Danamon Tbk. (BDMN). Melihat itu, Bank Indonesia (BI) menerima keputusan DBS.

"BI sudah menerima keputusan mereka. Kami menghormati. Itu hak mereka untuk mundur," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi A. Johansyah, Kamis, (1/8).

Ia mengaku bahwa pihak DBS Indonesia telah mendatangi BI dan menjelaskan duduk perkara yang terjadi. Difi menilai, hal tersebut semata-mata adalah keputusan bisnis antara DBS dengan Fullerton.

Ia pun menolak jika putusnya rencana DBS mengakuisisi Danamon dihubungkan dengan asas resiprokal. Sebelumnya, BI mengajukan persyaratan dalam proses akuisisi tersebut. Berdasarkan aturan, DBS hanya boleh memiliki 40% saham Danamon. Bila DBS ingin mengambil 67% saham Danamon dari Fullerton, maka perlu ada resiprokalitas dengan ekspansi 3 perbankan Indonesia di Singapura.

BI menilai, aturan kepemilikan 40% saham maksimal di perbankan tersebut dapat membawa dampak positif bagi industri. "Bukan karena kami tak senang bank punya 100%. Kami maunya bertahan di 40% karena lebih sehat," ucapnya.

Untuk saat ini, BI menekankan bahwa perbankan Indonesia perlu mempersiapkan diri bersaing di Asia Tenggara. Hal itu penting dilakukan dalam menghadapi Asean Banking Integration Framework (ABIF). Pertarungan regional ini pun tidak hanya di sisi perbankan, namun juga sistem pembayaran. Maka dari itu, Indonesia sudah harus siap mengembangkan sistem perbankan dan sistem pembayarannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×