Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Memasuki kuartal II tahun ini, Bank Danamon masih harus bekerja keras. Maklum, laba Danamon di sepanjang kuartal I-2014 masih tertekan.
Pembengkakan biaya dana atau cost of fund mengakibatkan laba menyusut 13% menjadi Rp 875 miliar per Maret 2014, dibandingkan sekitar Rp 1 triliun di periode sama tahun lalu. Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, pendapatan bunga bersih hanya naik 3% menjadi Rp 3,42 triliun.
Di sisi lain, pendapatan jasa menurun 3% menjadi Rp 1,08 triliun. Hal ini diperburuk dari pos pendapatan operasional yang hanya tumbuh 1% menjadi Rp 4,51 triliun. Kemudian beban operasional naik 8% menjadi Rp 2,48 triliun. "Penurunan laba akibat dari kenaikan biaya dana menjadi 6,8% pada kuartal I, dibandingkan tahun lalu sebesar 4,6%," ujar Vera Eve Lim, Direktur Keuangan Bank danamon, Rabu (16/4).
Biaya dana beringsut naik lantaran Danamon mengerek bunga simpanan, khususnya deposito, menjadi 9% di akhir Maret.
Padahal, bunga simpanan masih anteng di level 7,9% pada Desember 2013. Kenaikan bunga simpanan bertujuan agar pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) bisa mengimbangi pertumbuhan kredit yang tumbuh 16% menjadi Rp 136 triliun.
Danamon bertekad mengamankan rasio likuiditas atau loan to deposit ratio (LDR). Di akhir Maret 2014, LDR Danamon turun menjadi 94,1% dari posisi 103,5% pada periode sama tahun lalu. Rasio pendanaan terhadap kredit atau loan to funding berhasil menyusut menjadi 86,7%, dari sebelumnya 89,4%.
Pengorbanan Danamon menaikkan bunga simpanan terbukti berhasil. Hingga akhir Maret, DPK tumbuh 22% menjadi Rp 139 triliun. Komposisinya, giro tumbuh 16% menjadi Rp 18,4 triliun, tabungan tumbuh 9% menjadi Rp 28,3 triliun, dan deposito melesat 38% menjadi Rp 65 triliun.
Demi mengatrol laba, Danamon berniat menaikkan bunga kredit. Misalnya, bunga kredit koperasi, komersial dan usaha kecil dan menengah (UKM korporasi akan naik 150 basis poin (bsp) - 200 bsp.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News