Reporter: Anna Suci Perwitasari, Yuliani Maimuntarsih | Editor: Sanny Cicilia
Jakarta. Persaingan antar perusahaan sekuritas di bisnis penjaminan emisi tahun ini masih sengit. Pasar saham yang masih bergerak fluktuatif dan kondisi ekonomi dalam negeri menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan sekuritas mencari keuntungan. Tak heran, banyak perusahaan pesimistis, kondisi industri penjaminan emisi tahun ini bakal lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Direktur Utama Danareksa Sekuritas, Marciano Herman, bahkan memprediksi tahun ini tidak akan terjadi kenaikan di bisnis penjaminan emisi. Baginya, kondisi perusahaan sekuritas di Indonesia tahun ini mirip seperti jasa perbankan yang mulai mengalami perlambatan.
Saat ini perusahan pelat merah tersebut sudah memegang mandat dari lima perusahaan yang berniat melangsungkan initial public offering (IPO) atawa penawaran saham perdana. "Soal nilainya nanti saja, tergantung dengan kondisi pasar," katanya kepada KONTAN, Kamis (16/1).
Selain itu, penjaminan emisi obligasi Danareksa Sekuritas termasuk besar. Paling tidak lima perusahaan yang berniat menerbitkan surat utang telah menunjuk Danareksa sebagai pelaksana. Namun sayang, lagi-lagi Marciano enggan menyebut berapa besaran obligasi yang sudah berada di pipeline perusahaannya,
Yang jelas, tahun ini nilai emisi obligasi diperkirakan tetap besar. Mengingat kebutuhan perusahaan saat menerbitkan obligasi adalah untuk pembayaran utang kembali ataupun kebutuhan ekspansi. Marciano menghitung, nilai emisi obligasi dari tahun ke tahun berkisar di angka Rp 30 triliun-Rp 40 triliun.
Fee IPO menggiurkan
Hal berbeda justru dipaparkan Direktur Utama Kresna Graha Sekurindo, Michael Steven. Ia melihat, pasar penjaminan emisi tahun ini akan lebih bagus dibandingkan tahun lalu. Alasannya, kondisi ekonomi dunia yang semakin membaik, tak akan memberi sentimen negatif ke pasar saham Indonesia. Hal ini mempermudah pekerjaan perusahaan sekuritas guna memilih waktu yang tepat masuk ke pasar.
Tahun 2013, terlalu banyak isu global yang menekan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG). Hal ini menyebabkan banyak sekuritas menyarankan, agar perusahaan yang berniat IPO atau menerbitkan obligasi menunda rencana mereka. "Hampir setengah tahun, pasar sepi dan anjlok," ujarnya,
Semakin cerahnya bisnis penjaminan emisi Kresna, setelah mendapatkan mandat dari dua perusahaan yang akan melangsungkan IPO. Bahkan satu perusahaan akan segera melantai di BEI pada kuartal I 2014 ini.
Kresna belum terlalu melirik penjaminan emisi bagi obligasi. Wajar, jika pendapatan perusahaan mayoritas dari fee IPO. "Fee obligasi lebih kecil jadi kurang menarik," tambah Michael.
Tapi sekuritas lokal tampaknya mulai berhati-hati dengan persaingan, setelah banyaknya sekuritas asing di Indonesia. Bahkan ada beberapa sekuritas yang mengaku, pangsa pasar mereka dicaplok oleh sekuritas asing. Kendati begitu, Marciano menegaskan, pihaknya tetap bersaing secara sehat untuk mendapatkan klien baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News