Reporter: Issa Almawadi | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Bank Negara Indonesia (BNI) punya rencana untuk menambah sumber pendanaan baru pada tahun depan. Jika memungkinkan, bank dengan logo angka 46 mengincar dana mulai dari Rp 1 triliun hingga Rp 2 triliun.
Rico Rizal Budimarmo, Direktur Keuangan BNI menjelaskan, ada beberapa langkah untuk mendapatkan dana tersebut. Salah satunya melalui penerbitan Negotiable Certificate Deposits (CDB).
"Jumlahnya tergantung lending growth dan loan demand. Tapi, setidaknya kami harapkan dana Rp 1 triliun sampai Rp 2 triliun dari non konvensional funding," ujar Rico kepada KONTAN, Selasa (29/12).
Meski tidak merinci lebih detil soal pencarian dana itu, Rico menjelaskan, BNI memang memasukkan rencana penerbitan NCD dalam rencana bisnis. Meskipun pada pelaksanaannya akan melihat kondisi likuiditas dan bunga di pasar.
Selain itu, lanjut Rico, BNI juga sedang mengkaji lagi pinjaman bilateral. "Tahun 2016 direncanakan bilateral loan juga akan menopang bisnis BNI, termasuk pemanfaatan cabang LN untuk akses pasar," kata Rico.
Nah, dari beberapa rencana itu, Rico menegaskan, BNI lebih berusaha untuk terus membangun CASA yang lebih baik lagi. "Karena tentunya bottom line CASA dan NIM menjadi perhatian," lanjutnya.
Asal tahu saja, diantara bank-bank BUMN, BNI jadi satu-satunya bank yang tidak agresif mencari pendanaan di luar DPK. Bahkan, saat bank BUMN lain dapat tambahan dana dari NCD dan obligasi, BNI cuma ikut serta dalam penandatangan pinjaman dengan China Development Bank (CDB).
Sebelumnya, BNI sendiri termasuk bank yang tidak kekurangan likuiditas. Bahkan, adanya pelonggaran GWM Primer dari 8% jadi 7,5% bakal menambah lagi likuiditas BNI sebesar Rp 1,4 triliun. Rico pernah mengatakan, dengan adanya ekses likuiditas, BNI mengincar pertumbuhan kredit hingga 15% pada tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News