Reporter: Vina Destya | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT BNI Life Insurance atau BNI Life mencatatkan total pendapatan premi di Semester I-2023 sebesar Rp 2,4 triliun di mana angka tersebut mengalami koreksi sebanyak 4% secara year on year (YoY).
Plt. Direktur Utama BNI Life Eben Eser Nainggolan mengatakan meskipun pada akhir semester I-2023 total premi mengalami penurunan, namun di bulan Juli 2023 total pendapatan preminya alami kenaikan sebesar Rp 3,2 triliun atau tumbuh sebesar 9% YoY.
BNI Life juga mencatat rasio solvabilitasnya dengan mencapai RBC sebesar 689% di Semester I-2023. Angka ini tentunya berada di atas batas minimum yang telah ditentukan yaitu sebesar 120%.
Eben mengatakan bahwa dampak penurunan maupun kenaikan RBC adalah semakin besar rasio kesehatan RBC perusahaan asuransi, maka kemampuan perusahaan untuk membayarkan kewajiban atau klaim semakin baik.
Baca Juga: Per Juni 2023, RBC BRI Life Capai 479%
“Perusahaan asuransi harus memiliki kemampuan 1,2 kali dari total keseluruhan klaim yang harus dibayarkan jika terjadi risiko dari seluruh pemegang polis,” ujar Eben pada Kontan, Senin (14/8).
BNI Life memiliki strategi untuk mencapai RBC yang sehat yaitu perusahaan harus seimbang dalam hal penyerapan risiko underwriting dan risiko investasi dengan cara memilih instrumen investasi yang seimbang dan tidak terlalu berisiko.
Eben menyampaikan salah satu strategi BNI Life saat ini adalah membuat alarm alert perusahaan tingkat RBC di kisaran 475%.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa premi akumulasi asuransi jiwa saat ini melanjutkan tren penurunan sebesar 9,94% YoY dengan nilai Rp 86,02 triliun per Juni 2023. Penurunan tersebut bisa saja berdampak pada RBC perusahaan asuransi jiwa.
Baca Juga: Produksi Premi Kian Kuat, Tugu Insurance Kembali Raih Market Leaders Award 2023
Hal ini juga diperhatikan oleh Eben yang menilai bahwa saat ini struktur permodalan asuransi masih cukup kuat dengan tingkat RBC industri asuransi jiwa sebesar 467,85% per Juni 2023, secara umum industri asuransi yang belum memenuhi batas minimum rasio solvabilitas cenderung sedikit.
“Menurut pandangan kami, ke depannya seluruh perusahaan asuransi dapat memenuhi threshold sebesar 120%,” pungkas Eben.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News