Reporter: Ruisa Khoiriyah |
JAKARTA. Perbankan makin asyik menggarap bisnis kredit ekspor impor alias trade finance. Salah satunya Bank BNI, yang baru saja mengantongi fasilitas kredit dari US Exim Bank Amerika Serikat senilai US$ 150 juta.
Penandatangan ini dilakukan Direktur US Exim Bank Diane Farrell dengan Krishna R. Suparto, Direktur Bussiness Banking BNI, di US Embassy Commercial Center, akhir pekan lalu.
Krishna menuturkan, BNI akan memanfaatkan fasilitas ini untuk menyalurkan pembiayaan kepada importir Indonesia yang membeli barang dari Amerika.
Bagi bank berlogo angka 46 ini, fasilitas kredit itu menambah likuiditas dan keleluasaan menyalurkan kredit impor kepada para pembeli di Indonesia. "Terutama dalam mendatangkan barang impor dari Amerika Serikat," ujar Krishna dalam siaran pers yang diterima KONTAN, Minggu (30/1).
Sepanjang tahun lalu, total transaksi trade finance BNI mencapai US$ 11,5 miliar. Selain menambah likuiditas, BNI meningkatkan kualitas layanan trade finance, yakni dengan penyediaan unit Trade Processing Centre (TPC).
Unit ini menangani transaksi perdagangan untuk mendukung kegiatan perdagangan internasional. "Itu sudah memenuhi standar internasional yaitu sertifikasi Standard Trade Transaction Services yang diterbitkan SAI Global Limited," imbuh Krishna.
Sebelumnya, Standard Chartered (Stanchart) Indonesia juga menempatkan segmen trade finance sebagai salah satu andalan bisnisnya tahun ini. Kantor cabang bank asal negeri Ratu Elizabeth ini gencar membuka kantor cabang di beberapa kota di Indonesia, terutama di kota yang memiliki bisnis ekspor moncer. Standchart berharap menggaet debitur trade finance yang baru.
Contohnya, ketika ekspor komoditas karet sedang naik daun, Stanchart membuka kantor cabang di Palembang. "Begitu juga pembukaan cabang di Makassar ketika ekspor cokelat di daerah tersebut menanjak," ungkap Director Country Head Transaction Banking Standard Chartered Indonesia Yen Yen Setiawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News