kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BNI Multifinance catat NPF di level 1,34% per April 2020


Senin, 08 Juni 2020 / 20:16 WIB
BNI Multifinance catat NPF di level 1,34% per April 2020
ILUSTRASI. BNI Multifinance


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT BNI Multifinance mencatatkan kenaikan pembiayaan bermasalah pada April 2020. Direktur Umata BNI Multifinance Hasan Gazali Pulungan menyatakan hingga April 2020, non performing financing di level 1,34%.

“Naik dibandingkan April 2019 sebesar 1,04%. NPF ini diharapkan membaik di bulan Mei karena ada dua debitur yang terlambat di lakukan Restrukturisasi. Yang mempengaruhi NPF adalah pada pembiayaan Modal Kerja bisnis Banking. Lainnya terkendali dengan Baik. NPF Multiguna masih terjaga di 2,76%, Pembiayaan Investasi 0,54%,” ujar Hasan kepada Kontan.co.id pada Senin (8/6).

Baca Juga: Corona picu kenaikan NPF multifinance ke level 3,25% per April 2020

Oleh sebab itu, BNI Multifinance terus memproses restrukturisasi guna menekan NPF. Hingga 3 Juni 2020, BNI Multifinance telah merestrukturisasi debitur tedampak Covid-19 sebanyak 156 debitur dengan outstanding Rp 416,3 miliar.

Ia bilang proses restrukturisasi mengacu pada POJK No 14 tahun 2020 tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 bagi Lembaga Jasa Keuangan Nonbank. Berdasarkan belied itu, Hasan menyatakan NPF bisa tertolong hingga Maret 2021. Namun pada umumnya nasabah minta 6 bulan. Ia pun berharap perekonomian dan aktivitas bisnis debitur bisa kembali berjalan dengan baik.

“Saya memprediksi NPF BNI Multifinance di angka 1,5% hingga akhir 2020. Karena permintaan relaksasi sudah melandai dan sudah ada dua debitur yang membatalkan restrukturisasi karena mendapat kontrak baru. Mudah mudahan penambahan dana untuk BUMN memberi dampak positif bagi nasabah kami yang menjadi vendor BUMN tersebut,” jelas Hasan.

Guna menjaga NPF, BNI Multifinance telah menerapkan berbagai strategi. Mulai dengan pemilihan debitur dengan sangat selektif. Selain itu, adanya Covid-19, memberi industri pelajaran berharga, bahwa industri andalan bisa saja jatuh sewaktu waktu karena pandemi, contohnya pariwisata.

Baca Juga: Sektor pariwisata dan UKM jadi pemberat NPF Mandiri Tunas Finance per April 2020

“Usahakan pembiayaan itu dengan komposisi ideal, sedapat mungkin porsi nasabah lebih besar dibandingkan multifinance. Contoh jika nasabah punya 20 truk, kami membiayai hanya 4 truk atau 2 truk. Analisa ini memang harus dilakukan secara mendalam dan benar,” tutur Hasan.

PT BNI Multifinance sendiri yang menyasar kebutuhan nasabah dari induk perusahaan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Hingga April 2020, Hasan menyebut total piutang pembiayaan BNI Multifinance mencapai Rp 1,69 triliun. Nilai itu tumbuh 33,59% year on year (yoy) dari mencapai April 2019 senilai Rp 1,27 triliun.

Kinerja tersebut ditopang oleh pembiayaan investasi senilai Rp 1,38 triliun. Adapun pembiayaan multiguna sebanyak Rp 160,43 miliar dan modal kerja sebesar Rp 154,94 miliar.

Baca Juga: Ini sektor yang jadi tumpuan kredit Bank Mandiri (BMRI) di tengah pandemi corona

“BNI Multifinance karena dimiliki Bank BNI, maka pembiayaan kami lebih di dominasi kebutuhan nasabah yang sudah menjadi debitur BNI. Sumbernya berasal dari semua segmen. Ada korporasi, komersial dan small business. Termasuk mendukung kebutuhan yang ada pada Cabang cabang BNI,” kata Hasan.

BNI Multifinance juga telah mengambil langkah strategis agar dapat mempertahankan kinerja di tengah pandemi. Hasan menyatakan akan memanfaatkan sektor-sektor yang tidak terdampak Covid-19. Misalnya industri emas, nikel yang memiliki smelter, perusahaan batubara yang khusus memasok ke PLN, industri makanan dan minuman. Juga industri agronomi dan alat-alat kesehatan.

"Begitupun untuk kepemilikan kendaraan untuk program BUMN dan BUMD. Kami masuk ke industri tersebut secara kausistis, karena ada project finance yang self financing-nya kuat. Itu kami juga masuk. Forestry, kami juga masuk, karena pemainnya skala multi nasional company," tambah Hasan.

Baca Juga: Pemerintah butuh dana segar untuk tambal defisit APBN, ini kata ekonom

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×