Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bank tak hanya mengandalkan likuiditas dari dana ritel. Misalnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) akan menerbitkan sejumlah obligasi untuk tahun 2017 mendatang. Rencananya, bank berplat merah ini akan menerbitkan obligasi dalam mata uang valuta asing (valas) maupun rupiah.
Bob T. Ananta, Direktur Perencanaan dan Operasional BNI mengatakan, pihaknya masih mengkaji kebutuhan penerbitan obligasi di tahun mendatang dengan perhitungan perolehan dana pihak ketiga (DPK), harga, dan kebutuhan dana untuk kredit jangka panjang. “Untuk obligasi dollar mungkin kebutuhannya antara US$ 750 juta sampai US$ 1 miliar,” katanya, akhir pekan.
Sedangkan untuk rupiah, BNI akan menerbitkan negotiable certificate of deposit (NCD) kurang lebih di atas Rp 3 triliun tergantung dari perolehan DPK rupiah di tahun depan. “Untuk memenuhi likuiditas tak semata dari DPK tapi bisa dari bilateral, club deal, obligasi atau money market borrowing,” tambahnya.
Adapun, bank berlogo 46 ini mengincar pertumbuhan DPK sebesar 20% di tahun depan. Dengan asumsi pertumbuhan kredit sebesar 20% di tahun 2017. Asal tahu saja, pertumbuhan tersebut tak berbeda jauh dengan realisasi pertumbuhan dua digit oleh BNI yaitu DPK tumbuh 15% dan kredt tumbuh 21% per September 2016.
BNI optimis penyaluran kredit akan mencapai 16% hingga akhir tahun 2016. Angka pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan kredit industri perbankan sebesar 7%-9% di tahun 2016 ini. Optimisme tersebut mengingat banyaknya penyaluran kredit ke sektor infrastruktur dan konstruksi akan semakin meningkatkan porsi penyaluran kredit perseroan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News