Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Ketika bank-bank lain mulai mengecilkan keran kredit, PT. BRI Tbk. masih gencar menyalurkan pinjaman. Khusus untuk perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saja, BRI menyediakan fasilitas hingga Rp 10,5 triliun.
Dengan alokasi dana sebesar itu, BRI berharap dapat menyalurkan kredit lebih banyak lagi ke BUMN dibandingkan tahun lalu. "Kami berharap ada 20 BUMN lagi yang menjadi debitur kami," ujar Asmawi Syam, Direktur Bisnis Kelembagaan BRI, kemarin.
Selama tahun 2008, BRI telah memberikan kredit untuk 47 BUMN. Sebetulnya, jumlah BUMN yang mempunyai kerja sama dengan BRI sebenarnya mencapai 90 perusahaan. Artinya, baru 53% dari total BUMN rekanan BRI yang memanfaatkan kredit BRI.
Sejatinya, dari total Rp 10,5 triliun yang dianggarkan BRI untuk BUMN tahun ini, hanya Rp 5 triliun yang merupakan kredit baru. Adapun selebihnya, yakni Rp 5,5 triliun, merupakan plafon yang belum dimanfaatkan di tahun 2008.
Memang, tahun lalu BRI menyiapkan plafon kredit lumayan besar untuk BUMN, yakni sekitar Rp 22 triliun. Namun, hingga tutup tahun 2008, kredit yang dicairkan baru sekitar Rp 16,5 triliun.
PLN tercatat paling banyak memanfaatkan fasilitas kredit ini untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuan. "Suku bunga yang kami berikan (untuk BUMN) 14% dan NPL-nya untuk tahun lalu 0%," kata Asmawi.
Meski ikut menggarap kredit untuk BUMN, menurut Direktur Keuangan BRI Abdul Salam, BRI tetap berkonsentrasi pada pembiayaan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Adapun porsi kredit untuk sektor korporasi, termasuk untuk BUMN hanya 20% dari total portofolio kredit BRI. "Selebihnya tetap untuk UMKM," kata Abdul.
Abdul pun mengungkapkan, dengan strategi tersebut, pendapatan bunga bersih atau net interest income BRI selama 2008 melonjak sekitar 20% dari tahun 2007 yang tercatat sebesar Rp 1,4 triliun.
Pendapatan tersebut di antaranya berasal dari pendapatan jasa remittance dan pembiayaan ekspor.
Tahun ini, BRI berniat menerbitkan obligasi subordinasi senilai Rp 300 juta. Tapi BRI belum bisa memastikan kapan waktunya. "Kami harapkan pada semester kedua, ketika pasar mungkin sudah membaik. Sekarang persiapan dulu," pungkas Abdul Salam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News