Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis kartu kredit perbankan masih tumbuh hingga April 2025 ini. Digitalisasi transaksi kredit jadi pendorong utamanya.
Melansir data Bank Indonesia (BI), volume transaksi kartu kredit per Maret 2025 meningkat 12,3% secara tahunan (YoY) mencapai 41,27 juta kali. Nilai transaksinya juga meningkat 4,7% YoY menjadi Rp 37,82 triliun.
Peningkatan ini juga terjadi pada jumlah kartu kredit yang beredar, yakni sebanyak 18,67 juta atau meningkat 2,9% YoY.
Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), Steve Marta, hal yang mendorong pertumbuhan ini ialah semakin gencarnya kebutuhan masyarakat untuk bertransaksi secara digital.
Apalagi, lanjut Steve, bank saat ini gencar mendigitalisasi transaksi kredit sehingga nasabah dimanjakan dengan berbagai pengalaman dan kemudahan yang ditawarkan.
Namun, pertumbuhan ini kata Steve juga dibarengi dengan kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) kartu kredit per Maret 2025 yang berada di atas 2%.
Salah satu penyebabnya kata dia adalah kemampuan bayar masyarakat yang menurun imbas tekanan perekonomian yang belum pulih.
Baca Juga: Bisnis Kartu Kredit Perbankan Tumbuh Subur
Tak cuma itu, struktur pembiayaan kartu kredit juga jadi sorotan Steve.
“Dengan biaya transaksi yang meningkat, pendapatan bunga yang turun, dan juga NPL yang meningkat mempengaruhi business kartu kredit secara umum,” ujar Steve saat dihubungi Kontan, Selasa (27/5).
Namun tetap saja, bisnis kartu kredit menurut Steve masih berpeluang untuk tumbuh seiring dengan masifnya transaksi secara digital di masyarakat.
Adopsi ke ranah digital ini yang membuat bisnis kartu kredit PT Bank Mandiri (Persero) Tbk tetap tumbuh.
Corporate Secretary Bank Mandiri, M. Ashidiq Iswara atau Ossy menyebut, frekuensi dan volume transaksi kartu kredit per April 2025 masing-masing meningkat 15% dan 23% secara tahunan (year on year/YoY).
Tak cuma dari segi transaksi, jumlah pemegang kartu kredit Bank Mandiri kata Ossy juga tumbuh 10% YoY di periode yang sama.
Pertumbuhan ini menurut Ossy tidak terlepas dari kontribusi transaksi kredit lewat super app Livin’ by Mandiri.
“Program-program promosi yang relevan serta penguatan kanal distribusi digital menjadi kunci untuk menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan sepanjang tahun ini,” ujar Ossy.
Tak cuma di Bank Mandiri, bisnis kartu kredit di PT Bank Central Asia Tbk (BCA) masih tumbuh hingga kuartal l tahun ini.
Baca Juga: Per April 2025, Nilai Transaksi Kartu Kredit Bank Mandiri Tumbuh 23%
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn mengatakan, nilai transaksi kartu kredit BCA tumbuh 9% YoY menjadi Rp 32 triliun. Total outstanding-nya juga meningkat 13,9% YoY menjadi sebesar Rp 23,3 triliun.
Tak hanya itu, jumlah kartu kredit yang beredar saat ini kata Hera telah mencapai 4,91 juta.
“Penggunaan kartu kredit BCA di merchant semakin mudah dengan hadirnya fitur contactless, sehingga nasabah cukup mendekatkan kartu ke mesin EDC berlogo contactless untuk menyelesaikan transaksi,” ujar Hera.
Bisnis kartu kredit PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) juga masih bertumbuh. Hingga April 2025, frekuensi dan volume transaksi berturut-turut tumbuh 7% dan 1% YoY.
General Manager Bisnis Kartu BNI, Grace Situmeang mengatakan, perluasan kerja sama dengan berbagai merchant dan meningkatnya transaksi kredit lewat QR Code Indonesian Standard (QRIS) menjadi pendorong utama pertumbuhannya.
“Kami melihat adanya pergeseran perilaku transaksi masyarakat ke arah pembayaran non-tunai sebagai pendorong utama,” terang Grace.
Baca Juga: Volume dan Frekuensi Transaksi Kartu Kredit Bank BNI Kompak Tumbuh per April 2025
Ini juga beriringan dengan strategi BNI yang menajamkan segmentasi nasabah sehingga kartu kredit yang ditawarkan menjadi lebih relevan dengan karakteristik mereka.
Selain itu, BNI juga gencar menawarkan promosi di sektor travel, gaya hidup, dan e-commerce.
Meski begitu, Grace mengaku ada kenaikan NPL kartu kredit BNI. Namun, dia tak menyebut angka NPL tersebut.
Menurut dia, kenaikan ini terjadi akibat perubahan pola konsumsi dan kemampuan bayar nasabah. Maklum, Indonesia menurutnya belum juga lepas dari tekanan perekonomian nasional.
“Meski demikian, kami tetap menjaga agar kualitas portofolio kredit berada dalam batas yang sehat melalui penguatan manajemen risiko, pemantauan berkala terhadap nasabah berisiko, serta penerapan kebijakan mitigasi yang lebih responsif dan selektif dalam penyaluran kredit,” ujar Grace.
Dengan demikian, Grace tetap optimistis bisnis kartu kredit BNI bakal terus berkembang hingga akhir 2025, seiring dengan layanan kartu kredit BNI yang terdigitalisasi.
Selanjutnya: Ajak ke Akmil Magelang, Prabowo Sopiri Macron Naik Maung
Menarik Dibaca: Harga Emas Global Turun Empat Hari Beruntun karena Dollar Berotot
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News