Reporter: Issa Almawadi | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Bank Rakyat Indonesia (BRI) siap mempertahankan porsi kredit usaha mikro di atas 30% dengan target pertumbuhan 17%-18% di tahun ini.
Budi Satria, Sekretaris Perusahaan BRI menyampaikan, untuk mencapai pertumbuhan 17%-18%, BRI akan meningkatkan jangkauan jasa layanan perbankan di sektor usaha mikro hingga ke wilayah-wilayah terpencil.
"Dua ujung tombak BRI untuk meningkatkan jangkauan jasa layanan perbankan hingga ke wilayah-wilayah terpencil adalah Teras BRI dan Agen BRILink," tutur Budi dalam keterangan resmi, Senin (24/8).
Sepanjang kurun waktu Januari sampai dengan Juni 2015, Teras BRI dan Teras BRI Keliling telah membukukan pertumbuhan penyaluran pinjaman sebesar 28,9% atau menjadi Rp 15,6 triliun, dari Rp 12,1 triliun pada tahun sebelumnya.
Sementara nilai simpanan tercatat sebesar Rp 6,8 triliun atau tumbuh sebesar 41,7% yoy. Ada pun jumlah unit bertambah dari 2.907 pada tahun lalu, menjadi 3.141 unit.
Sedangkan untuk Agen BRILink, tercatat sebanyak 32.483 jumlah agen yang tersebar hingga seluruh pelosok Indonesia, dengan lebih dari 4,3 juta transaksi selama semester I 2015.
BRILink adalah layanan keagenan BRI dimana BRI bekerjasama dengan pihak ketiga (agen) untuk melayani berbagai layanan perbankan bagi masyarakat, baik nasabah BRI mapun non-nasabah BRI, khususnya masyarakat yang belum terlayani oleh bank secara administratif (unbanked atau unbankable)
Lebih lanjut Budi menjelaskan, bahwa pengembangan sektor usaha mikro harus dilakukan secara menyeluruh. Selain memberikan bantuan permodalan berupa pinjaman serta jasa layanan perbankan lainnya, BRI juga turut berperan mulai dari pelatihan dan pendampingan usaha sampai dengan penciptaan peluang bisnis.
Di antaranya dengan memfasilitasi pemasaran melalui optimalisasi jaringan bisnis di dalam dan di luar negeri agar pelaku usaha bisa semakin cepat menangkap peluang usaha.
Asal tahu saja, hingga akhir Juni 2015, total pinjaman di segmen mikro tercatat tumbuh sebesar 15% yoy menjadi Rp 165,8 triliun, dengan jumlah nasabah pinjaman mencapai 7,5 juta serta tingkat Non Performing Loan (NPL) yang hanya sebesar 1,6% (gross).
"Sedangkan pertumbuhan micro funding tercatat 12,2% yoy menjadi Rp 164,3 triliun, dengan komposisi 85,3% merupakan Current Account Saving Account (CASA) atau dana murah," urai Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News