Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyinergikan tiga ekosistem sebagai terobosan untuk mengakselerasi digitalisasi segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar bertahan dan bangkit di tengah pandemi. Ketiganya adalah ekosistem pasar, ekosistem digital dan ekosistem desa.
Dengan memadukan tiga ekosistem tersebut, Bank BRI tengah membangun ekosistem bisnis sebagai sumber pertumbuhan berkelanjutan.
Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan sesuai pengembangan roadmap digital, Bank BRI bertekad melayani masyarakat sebanyak-banyaknya dengan biaya seefisien mungkin melalui go smaller, go shorter dan go faster.
Baca Juga: Hingga Juni 2020, Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Baru Mencapai 40% Anggaran
“Situasi krisis akibat pandemi corona mendorong kami berinovasi lebih cepat. Kami menyinergikan tiga eksosistem sebagai cara kami mendigitalisasi UMKM agar terus bertumbuh, bangkit dari tekanan dampak corona,” kata Sunarso dalam keterangan resminya, Jumat (23/7).
Dalam sinergi tiga ekosistem tersebut, Bank BRI memberikan edukasi, pendampingan, infrastruktur dan branding serta promosi bagi pelaku usaha. Bentuk-bentuk dukungan tersebut dinilai sangat dibutuhkan oleh pelaku UMKM, selain faktor pembiayaan.
Untuk ekosistem pasar misalnya, Bank BRI membantu pasar tradisional dengan memperkenalkan belanja online, baik melalui Whatsapp, website, mobile apps, maupun Kerjasama dengan start up. Perseroan akan bangun web pasar yang mendukung hasil panen dari desa mengalir ke pasar lalu diserap oleh konsumen melalui belanja online sehingga ada digitalisasi pasar tradisional.
Bank BRI berkomitmen untuk memperluas kehadiran web pasar sehingga semakin banyak pedagang tradisional yang diberdayakan dan jumlah pasar tradisional yang terdigitalisasi kian bertambah.
Saat ini, Bank BRI memiliki 4.247 web pasar dengan jumlah pedagang terdaftar sebanyak 45.432 orang. Bank ini menargetkan dapat membangun 5.241 web pasar dan memberdayakan 52.410 orang.
“Potensi pasar tradisional di Indonesia ini mencapai 14.182 pasar dan jumlah pedagang sebanyak 2,54 juta orang. Kami mendedikasikan satu orang mantri di tiap-tiap pasar untuk memberi edukasi ke anggota ekosistem pasar, salah satunya terkait cashless society,” katanya.
Terkait ekosistem digital, Bank BRI telah menggandeng sejumlah perusahaan e-commerce besar dan ride hailing, mulai dari Tokopedia, Grab, Bukalapak, Shopee, Gojek, untuk pembiayaan KUR kepada merchant atau mitra mereka. Sementara untuk ekosistem desa, Bank BRI mendukung pemberdayaan ekonomi melalui pengembangan cluster dan produk unggulan serta BUMDES.
Sunarso melanjutkan, langkah Bank BRI mengorkestrasi ekosistem digital tersebut merupakan salah satu dari tiga pilar strategi digital perseroan, selain digitalisasi bisnis proses dan menghadirkan bisnis model baru demi menunjang kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakat.
Baca Juga: Perbankan optimistis kuota KUR akan tersalurkan sepenuhnya di paruh kedua tahun ini
“Kami terus melanjutkan tranformasi bisnis, baik aspek digital dan budaya. Digital sudah menjadi DNA Bank BRI. Kami juga telah mengadopsi open banking dan membuka kemungkinan pemanfaatan teknologi blockchain untuk mendukung proses bisnis,” tukas Sunarso.
Berbagai produk dan layanan digital telah dihadirkan oleh Bank BRI, mulai dari BRIspot, Ceria (digital loan dan saving), BRImo, hingga web pasar. Bank BRI juga agresif membangun Kerjasama dengan start up fintech seperti Investree, TaniHub, LinkAja, dan memperkuat channeling P2P lending seperti Modalku dan Investree.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News