Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memproyeksi dua sektor kredit yaitu konsumer dan infrastruktur bisa tumbuh double digit tahun depan. Hal ini salah satunya disebabkan karena proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan yang mulai membaik.
Menurut Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI, untuk kredit konsumer BRI diproyeksi bisa tumbuh di atas 10%. "Hal ini karena sektor konsumer erat kaitannya dengan kebutuhan dasar manusia," ujar Haru setelah acara prospek ekonomi Indonesia 2017, Senin (19/12).
Selain kredit konsumer, kredit infrastruktur BRI diproyeksi bisa mengalami pertumbuhan 14% di tahun depan. Tingginya proyeksi pertumbuhan infrastruktur ini disebabkan karena naiknya anggaran APBN 2017 untuk pembangunan infrastruktur.
Haru memproyeksi secara industri, pertumbuhan kredit perbankan diproyeksi bisa tumbuh 10% sampai 12% tahun depan. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, pertama adalah karena support pemerintah dan regulator terhadap pertumbuhan ekonomi dengan beberapa insentif.
Beberapa insentif yang dimaksud adalah pertama relaksasi giro wajib minimum (GWM) yang saat ini mencapai 6,5% dan adanya aturan baru GWM minimum. Hal ini diproyeksi bisa menambah likuiditas dan tenaga penyaluran kredit tahun depan.
Kedua adalah langkah BI yang mengeluarkan relaksasi dan aturan inden rumah kedua. Dari sisi pemerintah tercatat sampai saat ini sudah puluhan paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan untuk mendorong kredit.
Selain itu faktor positif pendorong pertumbuhan ekonomi tahun depan adalah mulai membaiknya harga komoditas. Hal ini diproyeksi bisa mendorong pertumbuhan kredit di sektor pendukung komoditas pada tahun depan.
Sampai kuartal III-2016 tercatat pertumbuhan kredit industri perbankan hanya sebesar 6% yoy. Haru mengatakan, untuk BRI sampai kuartal III-2016 mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 16% yoy didorong oleh pertumbuhan kredit sektor UMKM sebesar 20%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News