Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri perbankan syariah tanah air tumbuh lebih tinggi dibandingkan perbankan nasional selama semester I/2024. Baik dilihat dari sisi aset, pembiayaan hingga penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Sayangnya, ceruk pertumbuhan yang lebih tinggi tersebut tak tersebar merata ke seluruh bank syariah maupun Unit Usaha Syariah (UUS) yang ada di tanah air. Di mana, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) belum memiliki pesaing yang sebanding.
Sebagai gambaran, total aset perbankan syariah Indonesia pada enam bulan pertama tahun ini sebesar Rp 897 triliun atau naik 9,07% secara tahunan (YoY). Di periode tersebut, aset BSI mencapai Rp 360 triliun atau naik 15,1% YoY.
Baca Juga: Kinerja keuangan moncer, BSI cetak pertumbuhan laba 20,28%
Memang, saat ini regulator dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah mengupayakan adanya bank syariah yang sebesar BSI. Hal tersebut didorong dengan adanya kewajiban spin off yang diharapkan diikuti dengan aksi konsolidasi.
Tampaknya hal tersebut susah terealisasi. Ambil contoh, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang saat ini sedang menyiapkan langkah spin off dengan mengakuisisi salah satu bank syariah yang sudah ada.
Namun, Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu belum lama ini telah mengisyaratkan bahwa pihaknya tidak mengakuisisi bank syariah yang besar. Alhasil, bank syariah hasil spin off tersebut bisa terbilang belum akan menyamai BSI. “Ukuran banknya juga relatif kecil," ujar Nixon, pekan lalu.
Baca Juga: Jumlah Kantor Cabang Perbankan Terus Menyusut, Bank BUMN Paling Banyak
Sayangnya, Nixon masih merahasiakan bank yang akan diakuisisi tersebut. Hanya saja, rumor yang beredar menyebutkan Bank Victoria Syariah yang hendak diakuisisi oleh BTN.
“Saat ini kami sedang melakukan pendekatan, dan salah satu hal yang sedang dibahas adalah mengenai valuasi," ujar Nixon.
Jika menilik laporan keuangan per Juni 2024, Bank Victoria Syariah memiliki aset sebesar Rp 3,19 triliun. Di mana, UUS BTN baru memiliki aset senilai Rp 55,54 triliun.
Pengamat Ekonomi Syariah sekaligus Wakil Komisaris Utama BSI Adiwarman Karim melihat konsolidasi perbankan syariah bukan dimaksudkan untuk menciptakan bank syariah pesaing BSI.
Ia bilang konsolidasi ini lebih dimaksudkan untuk menciptakan industri perbankan yang kuat dan sehat. Sebab, kondisi saat ini saingan BSI itu bukan bank syariah, tapi justru bank-bank konvensional.
Baca Juga: Pembiayaan UMKM Perbankan Syariah Tumbuh Kencang
“Kalau mau setara BSI pilihannya dengan konversi bank konvensional yang memiliki UUS. Bank konvensional yang asetnya setara BSI dan memiliki UUS kan ada 2 hingga 3 jumlahnya,” ujar Adiwarman, Senin (2/9).
Sementara itu, PT Bank CIMB Niaga Tbk yang juga sudah wajib spin off belum memiliki rencana melakukan akuisisi. Di mana, aset UUS CIMB Niaga saat ini sudah senilai Rp 64,83 triliun. “Tahap awal kami akan fokus di spin off nya dulu,” ujar Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan.
Lani bilang sampai saat ini pihaknya masih dalam tahap persiapan spin off. Di mana, hal tersebut akan dirampungkan semuanya tahun depan setelah ada konfirmasi dari semua regulator yang berkaitan spin off. “Permodalan juga sedang dihitung kembali,” tambahnya.
Baca Juga: Fokus Pupuk Modal, Bank Jago Belum Berencana Bagi Dividen
Direktur BCA Syariah Pranata menambahkan modal, aset, jumlah kantor cabang yang dimiliki tentunya sangat menentukan kemampuan sebuah bank tersebut. Sehingga, ia menilai BCA Syariah saat ini tidak sebesar BSI tentunya memiliki kemampuan yang berbeda dalam melakukan ekspansi.
Ia juga menyadari BCA Syariah saat ini belum dapat secara maksimal memanfaatkan jaringan Induk BCA yang sangat kuat. “Setidaknya hingga 5 tahun ke depan belum bisa menyaingi BSI,” ujar Pranata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News