Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Praktik sistem ekonomi sirkular tengah menjadi tren global seiring makin terbatasnya sumber daya alam yang tersedia karena tidak bisa diperbaharui. Penerapan sistem diyakini akan membawa dampak positif bagi keberlangsungan alam dan lingkungan.
Pandangan ini dikemukakan oleh Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Haru Koesmahargyo saat menjadi nara sumber dalam Seminar Virtual bertema Ekonomi Sirkular: Aktivitas yang Menguntungkan Menuju Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Menurut Haru, sistem ekonomi linear atau tradisional yang saat ini masih dominan diterapkan oleh pelaku usaha akan mengancam kelangsungan bisnis dan lingkungan, karena sifatnya hanya mengambil sumber daya yang ada untuk membuat produk untuk digunakan konsumen, selanjutnya dibuang setelah digunakan.
"Selain membuat volume limbah terus meningkat, bahan baku yang digunakan akan makin minim dan mendatangkan kenaikan harga produk. Akibatnya masalah kebarlanjutan bisnis dan lingkungan pun terancam," Terang Haru dalam press rilis yang diterima Kontan.co.id, Jumat (13/8).
Sementara dengan sistem ekonomi sirkular, lanjut Haru, limbah produk bisa didaur ulang atau digunakan kembali, baik untuk produksi barang yang sama, maupun sebagai bahan baku pada industri lain. Selain itu sistem hijau ini juga dapat memberikan multiplier effect terhadap penciptaan bisnis dan lapangan kerja baru sehingga akan mendorong pertumbuhan investasi.
Baca Juga: Duh! NPL Perbankan bisa meningkat gara-gara perpanjangan PPKM
Dengan demikian, Haru menilai terdapat risiko yang tinggi pada semua sektor bisnis bila terus menerapkan sistem ekonomi linear.
“Risiko bagi semua adalah ancaman perubahan iklim yang membuat kian meningkatnya ketidakpastian bagi bisnis dan lingkungan alam,” katanya.
Untuk itu, dia meyakini penerapan ekonomi sirkular bukan hanya bagus untuk lingkungan society tetapi juga secara ekonomi dan dunia usaha agar bisa sustain secara jangka panjang.
Karena itu menurut Haru, persoalan kepastian sustainability kini mulai menjadi pertimbangan penting perbankan dalam penyaluran pembiayaan.
Di sektor di perbankan, ekonomi sirkular memang masih relatif baru. Namun, BTN sebelumnya sudah diperkenalkan dengan standar Environmental, Social and Good Governance (ESG).
"Saya kira prinsipnya relatif sama, dengan begitu prinsip ekonomi sirkular bisa masuk kriteria dalam pengelolaan aset perbankan, ini yang penting,” kata Haru.
Pengelolaan aset dimaksud termasuk dalam pemberian kredit dan pembiayaan perbankan. Dengan masuk ke ekonomi sirkular, perbankan bisa mendorong sektor industri yang memang ingin dipromosikan.
Haru mencontohkan, sektor yang masih menggunakan unrenewable energy salah satu yang perlu dihindari perbankan. Sementara khusus bagi BTN, secara operasional pihaknya mendorong penerapan konsep green dengan memperhatikan faktor people dan planet, misalnya dengan meminimalkan penggunaan kertas.
“Secara perlahan kita mengarah mengarah ke sistem digital terutama pada proses operasional yang masih dimungkinkan tidak menggunakan paper work,” ujarnya.
Langkah lain yang dilakukan BTN adalah mendorong para developer untuk menerapkan ekonomi sirkular dengan cara mensyaratkan developer mengikuti kelayakan rumah yang ramah lingkungan saat membangun, misalnya tidak membangun di lingkungan yang tidak aman seperti di bantaran sungai atau dekat dengan tempat pembuangan sampah dan sebagainya.
Kemudian, BTN menggulirkan program penanaman 1 rumah 1 pohon kepada developer yang menjadi mitra BTN demi menciptkan lingkungan udara dan lingkungan yang lebih sehat.
Baca Juga: BTN KPR Tapera Perluas Akses Masyarakat Untuk Miliki Rumah Impian
BTN juga aktif mendorong masyarakat menerapkan energi hijau melalui penggunaan kompor induksi yang menggunakan energi terbarukan. Hal ini sudah dicanangkan pada rumah dan apartemen sederhana yang dibiayai BTN.
“Pembeli apartemen menengah ke bawah kita berikan subsidi kompor induksi secara gratis, sementara PLN membebaskan biaya pasangnya,” katanya.
Tidak cukup itu, BTN juga berupaya untuk me-recycle rumah-rumah KPR second atau dengan memanfaatkan kembali rumah-rumah yang dilepas, ditinggalkan atau dijual oleh pemilik lama kemudian dilelang sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat lain yang belum memiliki rumah.
"Masyarakat kita banyak yang belum punya rumah disisi lain banyak stok rumah yang kosong, makanya kita upayakan bagaimana itu bisa terutilisasi bagi masyarakat yang membutuhkan. Ini pekerjaan yang secara langsung ada di depan BTN sebagai bank yang fokusnya pada pembiayaan rumah,” pungkas Haru.
Selanjutnya: 8 Tahap mengecek penerima BSU Rp 1 juta yang sudah cair
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News