Reporter: Issa Almawadi | Editor: A.Herry Prasetyo
JAKARTA. Meski hanya memiliki tiga direksi, Bank Tabungan Negara (BTN) siap menggenjot kinerja di tahun 2014. BTN optimistis, mampu mencapai target sesuai rencana bisnis bank (RBB) yang telah disusun.
Direktur Utama BTN Maryono merasa tugas direksi BTN semakin berat sejak ditinggal Saut Pardede dan Evi Firmansyah yang tidak lolos uji kepatutan dan kelayakan Bank Indonesia (BI). Meski anggota direksi cuma tiga orang, Maryono mengatakan, kondisi tersebut masih sah secara hukum. Meski begitu, manajemen BTN akan segera memproses pengangkatan direksi baru.
Maryono optimistis, kekurangan anggota direksi tak akan menghambat bisnis BTN mencapai target tahun depan. Sesuai RBB, BTN membidik pertumbuhan aset 18%, pertumbuhan kredit 18%, dan pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 22%.
BTN juga menargetkan, bisa menekan kredit macet alias non-performing loan (NPL) tahun depan ke level 2%–2,5%. Sementara target laba tahun 2014 sekitar Rp 2 triliun.
BTN optimistis, bisa mencapai target tahun depan lantaran kinerja sepanjang 2013 masih sesuai harapan. Akhir tahun ini, Maryono yakin penyaluran kredit tumbuh di kisaran 22%–23% dan DPK tumbuh 17%–18%. Ia juga optimistis aset BTN hingga akhir tahun mencapai Rp 128 triliun dengan laba di kisaran Rp 1,5 triliun–Rp 1,7 triliun. "NPL kami harap bisa terjaga di bawah level 4%," kata Maryono.
Menurutnya, BTN telah melakukan berbagai upaya untuk terus menekan NPL. BTN memiliki divisi aset manajemen yang akan mengelola NPL baik itu melalui penjualan langsung atau pun melalui lelang aset bermasalah. Belakangan, BTN telah melelang aset bermasalah hingga ratusan miliar dari sekitar Rp 600 miliar aset bermasalah.
Selain itu, BTN juga menerapkan manajemen risiko, dengan membuat electronic loan untuk proses persetujuan kredit dan memberikan keputusan kredit berkualitas. Di sisi lain, BTN juga membentuk divisi khusus penagihan kredit pemilikan rumah (KPR).
Selain penanganan NPL, BTN juga akan fokus menggenjot kontribusi pendapatan komisi alias fee based income yang tahun depan diproyeksikan mencapai 30%. Tahun ini, Maryono memperkirakan, bisa membukukan fee based income senilai Rp 500–Rp 600 miliar. "Tahun depan, kami memperkirakan bisa tumbuh menjadi Rp 700 miliar–Rp 800 miliar," kata Maryono.
BTN juga menyiapkan pendanaan jangka panjang untuk tetap menjaga rasio kecukupan modal. Menurut rencana, BTN membidik Rp 4 triliun melalui sekuritisasi aset dan penerbitan obligasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News