kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Tekan NPL, BTN lelang properti bermasalah


Jumat, 27 Desember 2013 / 20:03 WIB
Tekan NPL, BTN lelang properti bermasalah
ILUSTRASI. Segera Manfaatkan Promo OYO & PegiPegi dengan Diskon 52%, Terakhir Besok!


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mencatatkan angka lelang properti sebesar Rp 96 miliar sepanjang 2013. Direktur Utama BTN Maryono menuturkan, langkah ini ditempuh dalam upaya untuk mengubah kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) menjadi performing loan dan juga pendapatan.

Menurut Maryono, lelang properti bermasalah ini akan terus dilakukan untuk menekan rasio kredit bermasalah yang nilainya masih tinggi hingga saat ini, yaitu mencapai 4%.

"Ini baru uji coba pertama kali dan akan kami lakukan terus, karena ini efektif dan berdampak baik kepada pendapatan kami," ujar Maryono di Jakarta, Jumat (28/12).

Lebih lanjut Maryono mengatakan, lelang kredit properti bermasalah ini sudah dilakukan BTN sejak dua sampai tiga bulan belakangan. Cara ini, terbukti ampuh karena dapat mengurangi jumlah properti bermasalah mencapai 16% dari total jumlah kredit bermasalah.

Hingga saat ini, total kredit bermasalah BTN tercatat mencapai Rp 600 miliar. Pada Triwulan III-2013, tercatat NPL gross BTN meningkat menjadi 4,8% dari 3,6% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara NPL nett meningkat dari 2,5% menjadi 3,8%.

Maryono merinci, berdasarkan besarnya NPL, mayoritas kredit properti bermasalah berasal dari program rumah bersubsidi yang dikucurkan beberapa tahun lalu.

"NPL paling tinggi berasal dari KPR bersubsidi, tetapi itu dari program KPR subsidi yang lama. Pada waktu itu, terdapat program bayar bunga selama beberapa tahun yang kemudian setelah itu harus bayar pokok. Sepertinya banyak yang tidak siap untuk bayar pokok, karena sebelumnya hanya terus-menerus bayar bunga," jelas Maryono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×