kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Buana siapkan pembiayaan konstruksi


Selasa, 10 Februari 2015 / 08:34 WIB
 Buana siapkan pembiayaan konstruksi
ILUSTRASI. Hasil survei pada bulan Juli-Agustus 2023 ini nama Ganjar Pranowo masih unggul setidaknya dalam tiga survei . ANTARA FOTO/Fauzan/nz


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Guna menggenjot pembiayaan sewa guna usaha atau leasing, PT Buana Finance Tbk mempersiapkan diri untuk memperluas segmen pasar. Perusahaan pembiayaan yang melantai di bursa dengan kode saham BBLD ini berencana masuk ke pembiayaan sektor mesin, manufaktur dan konstruksi pada kuartal pertama tahun ini.

Dari ketiga pembiayaan ini, lini konstruksi yang memiliki potensi paling besar di Tahun Kambing Kayu ini seiring dengan fokus pemerintah dalam membangun infrastruktur. "Konstruksi lebih berpotensi karena tahun 2015 seharusnya anggaran infrastruktur diperbesar oleh pemerintah guna meningkatkan ekonomi Indonesia melalui jalur pendistribusian yang lebih mudah aksesnya dan menjadi lebih murah biayanya," kata Direktur Buana Finance, Herman Lesmana.

Buana Finance telah memetakan lini industri yang akan digarap dan produk mesin yang akan dibiayai. Sayangnya, dia belum ingin mematok target kontribusi ketiga lini tersebut pada outstanding pembiayaan Buana Finance hingga akhir tahun 2015. Keputusan perluasan usaha ke sektor lain sepertinya tak bisa lepas dari pembiayaan Buana Finance sepanjang tahun 2014 yang kurang memuaskan.

Meskipun belum merilis kinerja secara keseluruhan, Herman mengatakan, Buana Finance hanya berhasil merealisasikan pembiayaan hampir 80% dan laba bersih sekitar 85% dari target awal. Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan target Buana Finance meleset tahun lalu.

Pertama, pertumbuhan makro ekonomi dalam negeri yang melambat disertai dengan keadaan ekonomi dunia yang kurang baik. Kedua, peraturan pemerintah terkait sektor pertambangan yang melarang ekspor beberapa bahan mineral sehingga harus mengalami proses pemurnian terlebih dahulu. Ketiga, pelemahan nilai tukar rupiah. Keempat, harga minyak dunia yang semakin menurun.

"Sehingga sekarang semuanya tidak melirik batubara lagi dan mengandalkan minyak. Pelaku usaha menghitung ulang owning production cost yang semakin menipis net margin-nya," tutur Herman. Ini berdampak pada penyaluran kredit perusahaan-perusahaan pembiayaan atawa multifinance yang mayoritas bermain di lini sewa guna usaha seperti Buana Finance.

Tetapi, Herman mengaku, perusahaan masih optimistis terhadap pembiayaan leasing. Makanya mereka akan berekspansi ke sektor lain di kuartal pertama tahun ini dan tak hanya mengandalkan pendapatan dari pembiayaan industri pertambangan.

Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan, pembiayaan sewa guna usaha terkoreksi 5,46% menjadi Rp 110,95 triliun pada tahun lalu. Padahal, outstanding pembiayaan sewa guna usaha tahun 2013 masih berkisar Rp 117,36 triliun. Sepanjang tahun 2014, pembiayaan sewa guna usaha terus menunjukkan tren penurunan. Pada kuartal I 2014, pembiayaan leasing tercatat Rp 114,77 triliun dan terus melorot menjadi Rp 112,73 triliun, Oktober tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×