kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bunga kredit di Indonesia paling tinggi dibanding negara tetangga, ini penyebabnya


Selasa, 10 November 2020 / 10:10 WIB
Bunga kredit di Indonesia paling tinggi dibanding negara tetangga, ini penyebabnya


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau bunga acuan Bank Indonesia (BI) sudah berangsur turun, ditambah tren biaya dana (cost of fund/CoF) yang melandai, tingkat bunga kredit perbankan di Indonesia masih terbilang tinggi. 

Merujuk pada data yang dihimpun Ceicdata misalnya, per September 2020 akhir, rata-rata bank prime lending rate di Indonesia sebesar 9,37%. 

Angka itu sebenarnya turun dibandingkan posisi bulan sebelumnya yaitu 9,38%. Menandakan kalau laju bunga kredit saat ini memang terus melandai. Hanya saja, kalau dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia bisa jadi punya tingkat bunga kredit yang paling tinggi. 

Ambil contoh, prime lending rate Malaysia per Agustus 2020 lalu sebesar 3,64%. Lalu ada Singapura yang per Oktober 2020 sebesar 3,64% kemudian Thailand 5,41% akhir September 2020 lalu. 

Menurut beberapa ekonom yang dihubungi Kontan.co.id, ada banyak faktor yang membuat tingkat bunga kredit di Tanah Air terbilang tinggi. 

Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan, salah satu pengaruhnya adalah masih tingginya beban operasional dan pendapatan operasional (BOPO) di Indonesia yang secara relatif masih lebih tinggi dibandingkan negara tetangga. 

Baca Juga: Biaya operasional (BOPO) kembali menanjak, begini strategi perbankan

"Tingginya BOPO di Indonesia diartikan sebagai masih belum efisiennya perbankan di Indonesia, sehingga bank masih harus menetapkan suku bunga tinggi untuk mengompensasi tingginya biaya operasional," kata Josua, Senin (9/11). 

Di sisi lain, kata Josua, masih tingginya suku bunga BI tidak dapat terhindarkan seiring dengan masih dibutuhkannya dana aliran asing ke Indonesia untuk membantu stabilitas nilai tukar rupiah. 

Sebagai informasi saja, saat ini suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRR) ada pada posisi stabil 4% sejak pertengahan Juli 2020. 

Tapi kabar baiknya, tren BOPO perbankan saat ini terus melandai, dan membantu mendukung penurunan suku bunga kredit. Ini artinya, tren penurunan suku bunga kredit menurut Josua bakalan terus berlanjut. 

"Dibutuhkan peningkatan efisiensi perbankan sebagai salah satu motor pendorong penurunan suku bunga lebih rendah lagi," terangnya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×