Reporter: Silvana Maya Pratiwi | Editor: Andri Indradie
JAKARTA. Seperti Bank Tabungan Negara (BTN), demikian pula sikap Bank Negara Indonesia (BNI) terhadap kebijakan pemerintah yang ingin menekan bunga kredit menjadi satu digit. Alasannya, memberi dampak positif bagi perbankan dan sektor riil. Demikian penegasan Anggoro Eko Cahyo, Direktur Konsumer Banking BNI.
Per 29 Februari, suku bunga dasar kredit (SBDK) BNI antara lain kredit korporasi 10,5%, kredit ritel 11,5%, dan kredit konsumsi antara 10,5% (kredit kepemilikan rumah/KPR) sampai 12,5% (non-KPR). Cek SBDK BNI di sini.
"Sejauh ini BNI sudah turunkan bunga dana dan kredit masing-masing sebesar 50 basis poin. Ke depan, BNI akan terus turunkan bunga dana dan kredit sesuai dengan arah penurunan BI Rate dan GWM (giro wajib minimum) secara konsisten," kata Anggoro ke KONTAN belum lama ini.
Bagaimana harapan BNI terhadap pemangkasan suku bunga kredit hingga satu digit? Anggoro menjawabnya singkat: ekspansi kredit, non-performing loan (NPL) membaik, dan fee based income (FBI) melonjak.
Bagi Anggoro, BNI sama sekali tidak masalah jika mengerek turun bunga kreditnya mencapai satu digit. Alasannya, BNI akan ekspansi kredit dengan volume lebih besar. Selain itu, BNI juga akan meningkatkan FBI sembari mengoptimalisasi efisiensi operasionalnya. BNI juga akan terus meningkatkan kualitas layanannya, terutama transaksi elektronik.
Pun likuiditas BNI akan tetap terjaga dengan baik. "Bukan karena soal bunga single digit, namun karena BI Rate dan GWM (giro wajib minimum) yang turun disertai oleh capping suku bunga simpanan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk Buku IV dan III," tegas Anggoro.
Akhir Januari 2016, kredit BNI mencapai kisaran Rp 303 triliun. Total dana pihak ketiga (DPK) BNI sekitar Rp 336,92 triliun, terdiri dari giro Rp 86,70 triliun, tabungan Rp 120,35 triliun, dan simpanan berjangka Rp 129,87 triliun. Dengan demikian, loan to deposit ratio (LDR) BNI sekitar 89,93%. (cek kinerja BNI)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News