kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Cadangan Devisa Terkuras US$ 4,1 Miliar


Senin, 27 Oktober 2008 / 08:58 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Cadangan devisa Indonesia kian menipis. Pada 7 Oktober 2008 lalu, cadangan devisa masih bertengger di posisi US$ 56,6 miliar. Sepekan kemudian, persisnya 15 Oktober 2008, tabungan devisa semakin kempis dan tersisa US$ 52,4 miliar. Ini berarti, hanya dalam sepekan cadangan devisa terkuras US$ 4,1 miliar atau sekitar Rp 41 triliun (dengan kurs Rp 10.000 per US$). Kemorosotan tabungan devisa ini terjadi di saat pasar keuangan Indonesia tengah menukik tajam.

Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) Tbk David Sumual memperkirakan, penyebab utama devisa terkuras adalah intervensi yang dilakukan BI untuk menjaga rupiah. "Kurs rupiah melemah karena dana jangka pendek milik asing atau hot money terus keluar dari surat berharga Indonesia," ujarnya, kemarin (26/10).

Kepemilikan asing di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN) memang terus menyusut. Per 22 Oktober 2008, duit asing di SUN tinggal Rp 96,62 triliun. Jumlah ini turun Rp 8,87 triliun dari posisi akhir September lalu yang sebesar Rp 105,49 triliun.

Kejadian di SBI tidak jauh berbeda. Per 8 Oktober 2008, dana asing di SBI tinggal menyisakan Rp 21 triliun. Bandingkan dengan kepemilikan asing di SBI awal September lalu yang masih sebesar Rp 50,2 triliun.

Namun kata David, karakteristik hot money memang gampang keluar dan pergi. Maklumlah umumnya pemilik dana asing menginginkan return yang lebih tinggi. "BI pasti sudah memprediksi hal ini," ujarnya.

Kurs rupiah memang bergerak liar pada kurun waktu 7 Oktober sampai 15 Oktober 2008. Berdasarkan data Bloomberg, pada 7 Oktober 2008 rupiah ditutup pada posisi Rp 9.555 per dolar AS. Namun pada akhir perdagangan 15 Oktober 2008, rupiah sudah berada di Rp 9.818 per dolar AS.

Penerimaan migas

Selain untuk melakukan intervensi pasar, cadangan devisa tergerus juga karena penerimaan dari sektor minyak dan gas yang turun. "Harga minyak kan sempat turun drastis pada satu sampai dua bulan belakangan ini," kata ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander Sugandhi.

Komponen emas dalam cadangan devisa pun juga turun karena harga logam mulia di pasar dunia menukik. Jika pada 7 Oktober 2008, komponen emas dalam cadangan devisa sebesar US$ 2,1 miliar. Maka per 15 Oktober, komponen emas turun menjadi US$ 1,9 miliar.

Menurut Eric, penurunan cadangan devisa yang terjadi belakangan ini tak perlu dicemaskan. "Ini karena faktor eksternal," tambahnya.

David menduga, rupiah masih akan mengalami tekanan sampai krisis global ini dapat teratasi. Ia mengapresiasi langkah negara-negara anggota ASEAN plus China, Korea Selatan, dan Jepang yang bersepakat membentuk currency swap. Dalam kesepakatan itu, setiap negara anggota bisa mengakses gabungan cadangan devisa yang nilainya minimal US$ 80 miliar. "Ini menjadi second line defense BI menjaga rupiah," tandasnya.

BI juga tidak panik dengan cadangan devisa yang kian tergerus ini. "Namanya juga cadangan, kadangkala dipakai. Bukankah begitu?" kata Gubernur BI Boediono berseloroh. Ia mengingatkan, saat ini peredaran dolar di berbagai negara berkurang drastis karena pemilik dolar menarik kembali uangnya ke negara mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×