kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Cari likuiditas, bank makin asyik transaksi repo


Jumat, 11 November 2016 / 08:25 WIB
Cari likuiditas, bank makin asyik transaksi repo


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) terus mencari cara untuk menurunkan tingkat suku bunga perbankan. Salah satunya, BI mendorong perbankan meningkatkan transaksi di pasar repurchase agreement (repo) untuk memperoleh likuiditas jangka pendek dengan bunga lebih murah.

Nanang Hendarsah, Direktur Pengembangan Pendalaman Pasar Keuangan BI mengatakan, ke depan tren suku bunga repo akan lebih rendah dari pasar uang antar bank (PUAB) seiring dengan meningkatnya transaksi repo.

Saat ini, rata-rata suku bunga repo sebesar 4,83% untuk tenor 1 minggu, 5,10% tenor 2 minggu, dan 5,15% tenor 3 minggu. Sedangkan, suku bunga PUAB sebesar 4,79% untuk 1 minggu, 5,08% untuk 2 minggu, 5,63% untuk 3 minggu, dan 6,09% untuk 1 bulan.

“Selisih bunga repo dengan PUAB sebesar 40-50 basis poin (bps) itu sudah pas,” kata Nanang, Kamis (10/11). Dalam jangka panjang, ketika transaksi di pasar repo sudah menggantikan PUAB, maka suku bunga kredit ke nasabah bisa menurun.

Pasalnya, selama ini bank masih sangat bergantung pada likuiditas di pasar ritel untuk mencukupi kebutuhan likuiditas. Selain mengandalkan PUAB, bank menambal likuiditas dari kantong deposito.

Saat ini, transaksi repo mencapai Rp 1 triliun per Oktober 2016. Jumlah ini naik 10 kali lipat dari rata-rata transaksi sekitar Rp 100 miliar di sepanjang Januari 2016.

Transaksi repo pernah mencapai Rp 4 triliun. Adapun outstanding transaksi repo mencapai Rp 9,9 triliun per Oktober 2016, meningkat dua kali lipat dari Rp 4,6 triliun di Januari 2016.

Perbandingan saja, transaksi PUAB masih jauh lebih tinggi yaitu mencapai Rp 11 triliun di Oktober 2016. Tapi, nilai transaksi PUAB hanya tumbuh 9,09% jika dihitung sejak awal tahun yang sebesar Rp 12 triliun (year to date).

Tren kenaikan transaksi PUAB tergantung pada keadaan likuiditas perbankan. BI mencatat, transaksi PUAB pernah mencapai Rp 14 triliun pada September 2016.

Ali Setiawan, Managing Director Head of Global Markets HSBC Indonesia mengatakan, pihaknya mengharapkan suku bunga repo lebih rendah ketimbang PUAB karena ada jaminan (collateral).

“Kalau transaksi yang secure, seharusnya rate-nya bisa lebih turun,” ujar Ali. Kemarin, HSBC Indonesia meneken Global Master Repurchase Agreement (GMRA) di pasar repo dengan empat bank papan yaitu PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×