Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus gagal bayar yang mencoreng industri fintech peer-to-peer (P2P) lending membuat investor yang berinvestasi menjadi pendana atau lender di fintech P2P lending lebih berhati-hati. Pemain fintech pun harus berbenah agar kasus serupa tidak terjadi lagi.
Walaupun ada kasus gagal bayar yang menimpa industri ini, sebagian pemain fintech tetap pede dengan linis bisnis investasi dari lender pada 2023.
Chief Platform Officer KoinWorks Jonathan Bryan mengatakan, di tahun 2022 penyaluran pembiayaan KoinWorks mencapai Rp 8 triliun hingga pertengahan Desember 2022 dan masih meningkat di penghujung tahun ini.
KoinWorks menargetkan pembiayaan produktif untuk usaha kecil dapat meningkat. Terlebih sepanjang 2022, KoinWorks lebih banyak menyasar kepada usaha berskala mikro dan menengah sehingga dapat meningkatkan pengaluran pembiayaan.
Untuk para lender di KoinWorks, mereka mendapatkan imbal hasil dengan rentang yang bervariasi pada setiap produk pendanaan yang dipilih.
"Di tahun 2022 ini, imbal hasil yang ditawarkan berada di rentang 5% -14% p.a untuk KoinRobo dan untuk KoinP2P hingga 18% p.a," kata Jonathan kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Baca Juga: Sejumlah Pemain Dipelototi OJK, Investasi di Fintech Lending Masih Menarik?
Jonathan menambahkan, dalam meningkatkan disbursement kepada para UMKM, KoinWorks berupaya memberikan edukasi dan literasi keuangan secara konsisten bagi para pengguna.
"Peningkatan kerja sama strategis dengan para partner juga terus dilakukan sepanjang tahun 2022, salah satunya dengan menggandeng berbagai perusahaan FMCG dan lainnya untuk menyalurkan pendanaan yang tepat sasaran," ungkap Jonathan.
Sementara itu, CEO Akseleran Ivan Nikolas Tambunan menyebut, tahun 2023 pihaknya menargetkan penyaluran pinjaman sekitar Rp 6 triliun.
Untuk menopang target itu, Ivan bilang Akseleran terus menggenjot supply chain financing partnership, serta menambah direct sales relationship manager untuk bisa menggapai lebih banyak borrower lagi.
"Kami juga tetap fokus dalam assesmen pinjaman secara prudent agar non perfoming financing (NPF) dapat dijaga rendah sehingga lender bisa terus happy," tutur Ivan.
Adapun di Akseleran, imbal hasil lender tercatat sekitar 10,5% per tahun. Ivan bilang di tahun 2022, Akseleran menargetkan memperoleh pinjaman dari lender sebesar Rp 3,2 triliun.
"Hingga akhir tahun 2022 ini sudah Rp 3,15 triliun, jadi cukup tercapai," ujar Ivan.
Sementara, CEO Modaku Reynold Wijaya menerangkan, dalam meningkatkan jumlah pemberi dana, Modalku juga memberikan program serta beberapa promosi yang dapat menarik minat para pemberi dana agar dapat memperoleh keuntungan yang lebih, sehingga para pemberi dana juga lebih percaya diri untuk mulai mendanai para pelaku UMKM.
Reynold menjelaskan, Modalku selalu menerapkan prinsip responsible lending dalam memberikan pendanaan. Modalku melakukan penilaian secara ketat terhadap UMKM yang ingin mengajukan modal usaha dan kemampuan finansial mereka untuk melunasi pendanaan.
"Hal tersebut kami lakukan sebagai bentuk tanggung jawab kepada pemberi dana yang meminjamkan dananya melalui Modalku," ungkap Reynold.
Lebih lanjut, Reynold bilang, Modalku rutin melakukan edukasi kepada pemberi dana untuk mengurangi risiko pendanaan, salah satunya dengan diversifikasi. Aktivitas diversifikasi bagi pemberi dana tentunya sangat penting untuk memitigasi risiko ketika memberikan pendanaan kepada UMKM di Modalku.
"Kami selalu menyarankan para pemberi dana untuk mendanai sebanyak mungkin UMKM untuk menjaga portofolio pendanaan tetap positif," jelasnya,
Reynold menuturkan, apabila salah satu UMKM yang didanai mengalami keterlambatan atau gagal bayar, pemberi dana bisa terhindar dari risiko kehilangan semua pendanaannya. Selain itu, Modalku juga memberikan fasilitas bagi para pendana dengan berbagai profil risiko, melalui inovasi produk yang dapat meminimalisir risiko para pendana sehingga mereka merasa lebih aman melalui fasilitas Pinjaman Terproteksi.
Hingga saat ini, Grup Modalku telah menyalurkan pendanaan sebesar lebih dari Rp 41 Triliun kepada lebih dari 5,1 juta total transaksi UMKM di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Reynold menyebutkan, tingkat bunga di Modalku cukup variatif sesuai dengan portofolio UMKM yang didanai para pemberi dana. Secara umum, pemberi dana bisa memperoleh tingkat bunga sekitar 10% sampai dengan 17% per tahunnya tergantung dengan preferensi dan toleransi risiko masing-masing pemberi dana.
Baca Juga: Penyelenggara Fintech P2P Lending Berharap Ada Pengaturan Ulang Soal Biaya Pinjaman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News