Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tendi Mahadi
Selain itu, dia mengatakan Investree juga menyediakan solusi mitigasi risiko melalui kemitraan dengan perusahaan asuransi terhadap pinjaman yang didanai oleh lender jika nantinya borrower Investree mengalami gagal bayar. Investree juga menyelesaikan setiap pengaduan yang dikirimkan ke saluran komunikasi resmi Investree sesuai aturan regulator.
Adrian mengatakan pihaknya menindaklanjuti hingga tuntas setiap pengaduan atau komplain yang masuk melalui saluran komunikasi resmi OJK, yaitu Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen (APPK) dan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Sektor Jasa Keuangan (LAPS SJK).
Dia menyampaikan hingga Juni 2023, Investree berhasil membukukan catatan total fasilitas pinjaman Rp 21,61 triliun dan nilai pinjaman tersalurkan Rp 13,63 triliun.
Terkait persoalan kredit macet, Pengamat Teknologi/Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi mengatakan fintech P2P lending seharusnya bisa lebih ketat melakukan profiling terhadap para peminjam.
"Jangan sampai peminjam ini sudah punya pinjaman di fintech tertentu, karena kurangnya profiling jadinya lolos dan diberi pinjaman. Berhak juga mengetahui kemampuan keuangan peminjam tersebut bisa mengembalikan pinjaman atau tidak," ujar Heru kepada KONTAN.CO.ID, Jumat (7/7).
Heru juga menyampaikan meski ekonomi telah berangsur membaik, tetapi pada sektor tertentu seperti ekonomi mikro banyak UMKM yang masih belum bangkit kembali. Oleh karena itu, diperlukan penyelesaian masalah yang tepat, salah satunya dengan memaksimalkan potensi pasar yang ada.
Dengan demikian, UMKM dapat bangkit dan dana yang dipinjam dari fintech bisa dikembalikan tepat waktu sehingga tak menyebabkan kredit macet makin meningkat.
Sebelumnya, OJK mencatat angka TWP90 fintech P2P lending per Mei 2023 mencapai 3,36%. Angka itu naik 54 basis poin dari bulan sebelumnya sebesar 2,82%. Adapun pada Maret 2023, angka TWP90 mencapai 2,81%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News