kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Sejumlah Fintech Sebut Literasi Keuangan Punya Peran Penting Cegah Kredit Macet


Senin, 26 Juni 2023 / 17:24 WIB
Sejumlah Fintech Sebut Literasi Keuangan Punya Peran Penting Cegah Kredit Macet
ILUSTRASI. Ilustrasi Financial Technology (Fintech).? Literasi keuangan memiliki peran penting bagi industri fintech.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022, indeks inklusi keuangan di Indonesia telah mencapai 85,10%. Namun, indeks literasi keuangan masih 49,68%.

OJK menyebut masih adanya gap atau jarak antara kedua hal itu menjadi salah satu tantangan bagi industri fintech peer to peer (P2P) lending. Kurangnya literasi keuangan juga akan menyebabkan serangkaian dampak buruk, termasuk kredit macet. Oleh karena itu, ada sejumlah langkah yang dilakukan platform fintech untuk meningkatkan literasi keuangan.

Brand Manager AdaKami Jonathan Kriss mengatakan literasi keuangan memiliki peran penting bagi industri fintech. Sebab, akan menjadi bekal dasar bagi masyarakat untuk bisa merasakan manfaat dari layanan pinjam meminjam berbasis teknologi informasi, dapat terhindar dari modus penipuan, aplikasi ilegal, dan resiko gagal bayar.

Dia juga tak memungkiri kurangnya literasi keuangan bisa menjadi salah satu faktor kredit macet yang tentunya dipengaruhi faktor eksternal lainnya. Salah satu faktor dasar adalah tingkat kebiasaan membaca masyarakat harus lebih ditingkatkan agar bisa mencerna informasi, serta menigetahui hak dan kewajiban saat melakukan pinjaman.

"Tentunya harus didukung dengan pemahaman mengatur keuangan yang baik, yang mana masyarakat harus mampu mengukur kebutuhan dan kemampuan finansial sebelum mengajukan pinjaman sehingga mampu melakukan pembayaran dan terhindar dari resiko gagal bayar," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (25/6).

Baca Juga: Begini Respons Perusahaan Fintech Soal Modal Minimum Rp 2,5 Miliar Mulai 4 Juli 2023

Jonathan pun menyampaikan pihaknya melakukan sejumlah upaya untuk membantu meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Dari sisi platform, kata dia, AdaKami memang memiliki kewajiban dalam melakukan sesi sosialisasi berdasarkan POJK 3 di mana dalam 1 tahun minimal melakukan 4 sesi edukasi masyarakat.

"AdaKami sendiri sejauh ini berpartisipasi aktif dalam kegiatan edukasi baik yang diinisiasi oleh OJK atau AFPI maupun secara mandiri atau kegiatan cross-platform dengan target audiens mahasiswa atau pelaku UMKM," ucapnya.

Jonathan menerangkan beberapa kegiatan mandiri yang dilakukan AdaKami akan dimulai pada semester kedua tahun ini dalam format Instagram Live, Radio Talksow, Campus Visit, dan beberapa kegiatan lain nya. Tercatat, sampai saat ini Modalku memiliki TKB90 sebesar 99,83%.

Sementara itu, Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan rendahnya literasi keuangan digital bisa menjadi salah satu faktor penyebab kredit macet karena kurangnya pemahaman pengguna dalam meminjam secara bijak yang sesuai dengan kemampuan keuangan mereka.  

Namun, dia menerangkan Modalku yang fokus pada pinjaman produktif ke UMKM, menerapkan prinsip responsible lending untuk mempertahankan kualitas pendanaan. Dengan demikian, mereka melakukan penilaian terhadap UMKM penerima dana serta kemampuan finansial mereka untuk melunasi pendanaan.

"Sebab, kami juga memiliki tanggung jawab kepada pemberi pendana yang meminjamkan dananya melalui Modalku," ujar Reynold.

Menurut Reynold, peningkatan inklusi keuangan perlu berdampingan dengan peningkatan literasi keuangan agar masyarakat dapat menggunakan pendanaan yang diperoleh dengan bijak. Kemudahan akses pendanaan tanpa literasi keuangan yang baik dapat berdampak negatif.

Hal itu dikarenakan masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan pendanaan tanpa memperhatikan risiko dan kemampuan bayar. Dengan demikian, kata Reynold, penting bagi para penyelenggara  fintech memitigasi risiko tersebut dengan melakukan penilaian kredit kepada calon penerima dana.

Terkait upaya peningkatan literasi keuangan, Reynold menyebut sejauh ini Modalku telah memberikan informasi secara berkala kepada masyarakat melalui seluruh channel, baik di media sosial, blog, event, bahkan siaran pers terkait cara memilih platform pendanaan digital yang tepat untuk terhindar dari platform yang tidak bertanggung jawab serta pengelolaan arus kas keuangan bisnis.

Selain itu, pihaknya melalui tim customer experience Modalku siaga membantu maupun mengedukasi para pengguna melalui fitur live chat dan email yang dapat diakses langsung melalui website atau aplikasi Modalku. Tercatat, sampai saat ini Modalku memiliki TKB total sebesar 97,07%.

Baca Juga: Sebanyak 40 Lender Menggugat, Ini Jawaban iGrow Terkait Kasus Gagal Bayar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×