kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.849   -109,00   -0,69%
  • IDX 7.494   2,48   0,03%
  • KOMPAS100 1.160   1,22   0,10%
  • LQ45 919   -0,74   -0,08%
  • ISSI 227   0,98   0,43%
  • IDX30 473   -1,54   -0,33%
  • IDXHIDIV20 570   -2,10   -0,37%
  • IDX80 133   0,15   0,12%
  • IDXV30 141   0,01   0,01%
  • IDXQ30 158   -0,39   -0,25%

Cek Sektor-sektor Prospektif untuk Penyaluran Kredit pada Tahun Depan


Selasa, 11 Oktober 2022 / 16:14 WIB
Cek Sektor-sektor Prospektif untuk Penyaluran Kredit pada Tahun Depan
Nasabah melakukan transaksi melaui ATM di Tangerang Selatan, Selasa (19/7/2022). Ini Sektor-sektor Prospektif untuk Penyaluran Kredit Tahun Depan.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tantangan bagi bisnis perbankan masih besar di tengah tekanan ekonomi global yang masih berlangsung dan diperkiraan kian memburuk pada tahun depan.

Kendati demikian masih ada sektor-sektor ekonomi yang diperkirakan dapat tetap tumbuh dengan baik yang akan jadi target ekspansi perbankan. 

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melihat Indonesia masih memiliki sumber pertumbuhan ekonomi ke depan yang masih akan bertahan dari dampak tekanan ekonomi global. Oleh karena itu, bank pelat merah optimistis ekonomi Indonesia akan relatif stabil hingga akhir.

Direktur Treasury & Intrenational Banking Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, ada beberapa sektor ekonomi yang masih memiliki potensi tumbuh dalam jangka panjang. Di antaranya sektor telekomunikasi, jasa kesehatan dan sektor terkait program hilirisasi. 

Di samping itu, kata dia, terdapat beberapa sektor juga yang masih kuat menghadapi tekanan eksternal hingga saat ini.  "Contohnya sektor makanan-minuman, utilities (listrik, air dan gas), hingga sektor pemerintahan," kata Panji baru-baru ini.

Baca Juga: Sejumlah Saham Multifinance Menghijau, Mana yang Menarik untuk Dilirik?

Bank Mandiri menilai sektor komoditas juga masih memiliki prospek yang baik dan menguntungkan bagi bisnis meskipun harga komoditas seperti crude palm oil (CPO) dan batubara mulai terkoreksi.

Panji menyakini dengan infrastruktur yang dimiliki Bank Mandiri maka kinerja perseroan tahun 2022 akan membaik, sedangkan pada 2023 diperkirakan akan stabil dibandingkan tahun ini meskipun ada tantangan ketidakstabilan ekonomi global dan kenaikan suku bunga. 

Meskipun masih ada sektor-sektor industri yang masih menarik, Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan kredit tahun depan tidak akan setinggi tahun ini yang ditargetkan tumbuh sekitar 11%. 

Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, proyeksi itu didasarkan dengan faktor normalisasi restrukturisasi Covid-19 yang akan dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).  

Baca Juga: Ini Sektor Ekonomi yang Prospektif di Tengah Tantangan Global Menurut Bank Mandiri

Ketika kebijakan yang berlaku hingga Maret 2023 dinormalkan, bank harus melakukan penyesuaian kolektabilitas terhadap kredit yang direstrukturisasi. 

Sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) justru optimistis pertumbuhan kredit tahun 2023 masih akan lebih tinggi dari tahun ini yang ditargetkan tumbuh 9%-11%. 

Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan pihaknya optimistis karena industri perbankan yang saat ini berada pada kinerja yang solid, memiliki likuiditas yang memadai, modal yang kuat dan kualitas kredit yang terjaga. 

"Pendorong utama pertumbuhan kredit BRI masih pada segmen UMKM, utamanya segmen ultra mikro dan mikro yang diyakini dapat tumbuh dobel digit," kata Aestika pada Kontan.co.id, Senin (10/10).

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga memproyeksikan pertumbuhan kredit perseroan di sektor perumahan tahun 2023 akan lebih tinggi dari tahun ini.  

Haru Koesmahargyo, Direktur Utama BTN mengatakan pihaknya optimistis karena kebutuhan akan perumahan masih sangat besar. Ia menjelaskan permintaan bisa dipengaruhi oleh bunga kredit dan likuiditas. 

Dua aspek sudah diperhatikan BTN. Terkait likuiditas, perseroan sudah punya strategi untuk mengamankannya dalam jangka panjang lewat kerjasama partnership dengan lembaga atau korporasi dalam penyaluran Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).

Baca Juga: Pakai Aplikasi agar Keuangan Terkendali

Selain melakukan kerjasama terkait penyaluran KPR subsidi yang merupakan program pemerintah, BTN juga melakukan kerjasama dengan lembaga lain seperti BPJS Ketenagakerjaan dan BP Tapera untuk menyalurkan KPR kepada pada penerima manfaat di masing-masing lembaga. 

"Partnership yang sudah berjalan saat ini ada Tapera dan BPJS Ketenagakerjaan. Nanti akan ada lagi kerjasama dengan lembaga-lembaga lain. Smema seperti ini mendatangkan manfaat bagi BTN dalam penyediaan likuiditas yang sepadan dengan umur KPR. Sehingga isu likuiditas sudah bisa kita tangani," jelas Haru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×