kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dalam sebulan, DPK BPD melorot Rp 5 triliun


Senin, 18 Oktober 2010 / 08:25 WIB
Dalam sebulan, DPK BPD melorot Rp 5 triliun
ILUSTRASI. Harga emas


Reporter: Andri Indradie | Editor: Test Test

JAKARTA. Dana masyarakat alias dana pihak ketiga (DPK) bank pembangunan daerah (BPD) secara nasional menyusut Rp 5 triliun dalam sebulan. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Bank Indonesia (BI) yang terbit Oktober 2010, di akhir Agustus 2010, DPK BPD tinggal Rp 194,37 triliun. Padahal, akhir Juli lalu, DPK BPD mencapai Rp 199,09 triliun.

Penurunan paling besar terjadi pada DPK dalam rupiah. Yaitu, dari Rp 197,95 triliun menjadi Rp 193,11 triliun. Adapun dana masyarakat dalam valuta asing (valas) turun dari Rp 1,14 triliun per akhir Juli 2010 menjadi Rp 1,26 triliun di akhir Agustus 2010.

Menurut Hariyono, Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Asosiasi BPD Seluruh Indonesia (Asbanda), penurunan seperti itu biasa terjadi lantaran dana masyarakat sebagian besar masih berasal dari pemerintah daerah (pemda). Alhasil, ketika terjadi pembayaran proyek-proyek pemda, DPK di BPD pasti melorot.

Biasanya komposisi DPK BPD terdiri dari 70% dana pemda dan sisanya merupakan dana masyarakat. Karena itulah arus keluar-masuk dana milik pemda sangat berpengaruh terhadap posisi dana masyarakat di kantong BPD.

Direktur Utama BPD Sumatera Utara (Bank Sumut) Gus Irawan Pasaribu membenarkan, penurunan dana itu terjadi lantaran ada penarikan dana milik pemda. "Ini ada hubungannya dengan pembayaran proyek-proyek pemda yang dilaksanakan oleh rekanan mereka," katanya Minggu (17/10).

Direktur Utama Bank Maluku Dick Soplanit juga bilang, penurunan DPK di rekening giro milik pemda memang biasa terjadi mendekati akhir tahun. "Pemanfaatan dana makin tinggi menjelang akhir tahun," ujar Dick.

Tentu saja, manajemen BPD harus mencari dana pengganti untuk menutup penurunan DPK tersebut. Sebab, jika dana milik pemda terus menyusut, ujung-ujungnya, BPD akan sulit menggenjot kredit yang menjadi aset utama mereka. "Apabila manajemen masing-masing BPD tidak mendapatkan dana pengganti, aset mereka akan menurun terus," tutur Hariyono yang juga menjabat Direktur Utama Bank Jateng.

Lebih jauh lagi, penurunan DPK akan mempengaruhi wajah laporan keuangan BPD di akhir tahun mendatang. Dalam kondisi seperti ini, BPD harus benar-benar memperhitungkan penyaluran kreditnya agar laporan keuangannya tetap bagus.

Sejatinya, hingga akhir Agustus 2010, DPK BPD secara nasional terus bertambah. "Namun, pertambahannya tidak lebih besar dari penarikan oleh pemda," ujar Gus Irawan. Ini mengakibatkan DPK BPD terkesan merosot signifikan dalam satu bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×