kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dana simpanan melambat bikin likuiditas bank jadi ketat


Rabu, 01 Agustus 2018 / 10:01 WIB
Dana simpanan melambat bikin likuiditas bank jadi ketat
ILUSTRASI. Layanan nasabah perbankan


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang, Maizal Walfajri | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju penyaluran kredit lebih kencang terjadi di  Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Tabungan Negara  (BTN). Akibatnya, rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) menjulang tinggi.

BRI misalnya, mencatat rasio LDR sebesar 95,27% di semester pertama tahun  2018. Angka ini naik 551 basis poin (bps) dibandingkan posisi 89,76% pada separuh pertama tahun sebelumnya.

LDR yang naik ini mencerminkan likuiditas terbatas. Buktinya, pada kuartal kedua 2018, BRI hanya mencatat kenaikan dana pihak ketiga (DPK) 5,59% menjadiRp 811,19 triliun. Sedangkan, kredit tumbuh 12,37% menjadi Rp 772,13 triliun.

DPK tidak tumbuh tinggi lantaran strategi pendanaan dari dana murah. Suprajarto, Direktur Utama BRI mengatakan, pihaknya tengah mendorong pertumbuhan DPK dari current account and saving account (CASA). "Kami akan terus mencoba mencapai LDR yang paling ideal," kata Suprajarto, Selasa (31/7). Bank berkode saham BBRI telah menyiapkan strategi untuk memupuk dana seperti penerbitan dana valas.

Secara terpisah, Handayani, Direktur Konsumer BRI menambahkan, untuk mendorong CASA, BRI tengah mempertajam segmentasi produk dengan mengoptimalkan value chain dari nasabah korporasi.

Sedangkan BTN mendapati posisi LDR sebesar 111,46% di semester I-2018. Mahelan Prabantarikso, Direktur Strategi, Risiko dan Kepatuhan BTN mengatakan, tingginya rasio LDR karena mayoritas pembiayaan memiliki jangka waktu panjang.

Alhasil, BTN tidak hanya mengandalkan DPK sebagai sumber dana. Bank berkode saham BBTN ini memanfaatkan dana non konvensional atau wholesale funding.

Apabila wholesale funding masuk sebagai komponen rasio pendanaan terhadap pembiayaan atau loan to funding (LFR), maka rasio akan di bawah 100%. "LDR diperkirakan tetap stabil di posisi 100% pada akhir tahun nanti," terangnya.

Sebaliknya, Bank Mega  memiliki rasio LDR rendah yakni 58,66% di semester I-2018, atau naik tipis dari posisi 57,02% pada semester I-2017. Rasio LDR naik tipis karena kredit tumbuh 9,45% senilai Rp 38,55 triliun. Sementara, DPK tumbuh 3,94% menjadi Rp 63,69 triliun. Dari kinerja kredit yang single digit, Bank Mega memperoleh laba
Rp 681,71 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×