Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
Sedangkan per Juli 2019, komposisi pemegang saham Bank CCB adalah China Construction Bank Corporation menguasai 60% kepemilikan saham senilai Rp 997,87 miliar, Jhonny mengempit 21,32% saham senilai Rp 354,66 miliar, Kiki Hamidjaja memegang 5,21% saham senilai Rp 88,64 miliar. Sedangkan sisa 13,47% saham senilai Rp 223,96 miliar dimiliki masyarakat.
Sementara Bank Mayapada telah mendapat restu dari pemegang sahamnya pada RUPSLB ada 21 Agustus lalu untuk menyelenggarakan rights issue yang akan dimulai pada 4 Oktober mendatang.
Dalam aksi tersbut Bank Mayapada akan menawarkan 455,49 juta saham dengan harga nonimal Rp 100 dan harga pelaksanaan Rp 2.200. Sehingga dalam aksi ini, Bank Mayapada menargetkan untuk bisa menghimpun dana hingga Rp 1 triliun lebih.
“Pemegang saham pengendali akan mengeksekusi haknya dalam rights issue. Mereka memang selalu berkomitmen untuk memperkuat struktur permodalan kami,” kata Presiden Direktur Bank Mayapada Hariiyono Tjahrijadi kepada Kontan.co.id.
Saat ini kepemilikan saham Bank Mayapada dikuasai oleh Dato Sri Tahir melalui PT Mayapada Karunia yang mengempit 26,42% saham, dan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd yang memegang 40% saham. Sedangkan sisanya dimiliki oleh Galasco investment Limited sebesar 10%, Unity Rise Limited sebesar 7,31%, dan publik sebesar 16,27%.
Sejak 2013 pemegang saham Bank Mayapada memang konsisten melakukan penambahan modal. Hingga 2018 sendiri penambahan modal baik melalui rights issue maupun penerbitan obligasi subordinasi telah mencapai Rp 5,45 triliun. Ini pula yang bikin perseroan naik kelas ke Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III dengan modal inti Rp 5 triliun hingga Rp 30 triliun pada 2017.
Baca Juga: Kredit BUKU I-III lesu, sementara BUKU IV naik 16%, begini kata bankir
Sementara selain bank swasta adapula bank pelat merah yang punya rencana rights issue yaitu PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Meski demikian rencana ini baru bisa akan terealisasi pada tahun depan, mengingat perizinan mesti melibatkan pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Direktur Finance, Treasury, and Strategy BTN Nixon Napitupulu bilang BTN telah mengajukan rencana tersebut kepada Kementerian BUMN.
“Kita jalan terus bersama Kementerian BUMN, tapi apakah dapat prioritas untuk Penyertaan Modal Negara (PMN) kami tidak tahu. Tapi rencananya, kalau holding keuangan terbentuk kami akan pertama yang menggelar rights issue,” kata Nixon di Jakarta, Selasa (3/9).
Nixon bilang BTN menargetkan untuk dapat menghimpun dana Rp 5 triliun hingga Rp 8 triliun. Tambahan modal ini diperlukan lantaran sebagai bank yang punya bisnis inti di segmen kredit perumahan, modal perseroan bisa tergerus 1% hingga 1,5% per tahun akibat ekspansi guna mengatasi kebutuhan perumahan yang tinggi.
Akibatnya likuiditas BTN juga selalu ketat, sejak 2015 loan to deposit ratio (LDR) BTN selalu berada di kisaran 100%. Sementara capital adequacy ratio (CAR) BTN uga terus melorot sejak 2016 sebesar 16,54%, 2017 sebesar 15,99%, dan pada 2018 sebesar 15,97%. Sedangkan hingga pada Juni 2019 CAR perseroan sebesar 16,99%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News