kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Di tengah pandemi, industri pialang asuransi berusaha bertahan hidup


Rabu, 10 November 2021 / 19:07 WIB
Di tengah pandemi, industri pialang asuransi berusaha bertahan hidup
ILUSTRASI. Layanan produk asuransi.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 memberikan tantangan bagi sejumlah industri. Tak terkecuali bagi industri pialang asuransi. Beratnya kondisi ekonomi nasabah asuransi, ikut menekan kondisi keuangan pialang asuransi dan reasuransi.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi Indonesia alias Apparindo Mohammad Jusuf Adi menyebut, dengan kondisi keuangan nasabah asuransi yang terdampak pandemi, minat pasar untuk berasuransi ikut menurun. Dus, potensi bisnis yang bisa diraup perusahaan asuransi juga ikut menciut.

Di sisi lain, kalaupun masih ada nasabah yang membeli produk asuransi lewat jasa broker, tak jarang sang nasabah meminta keringanan dalam pembayaran premi seperti dengan penundaan pembayaran."Memang dengan kondisi pandemi ada isu cashflow dari nasabah yang juga ikut terganggu sehingga mereka meminta keringanan," kata dia, Rabu (10/11).

Alhasil dengan makin lambatnya premi yang diberikan kepada perusahaan asuransi, komisi yang didapat oleh perusahaan pialang juga ikut tertunda. 

Baca Juga: Akhirnya, IFG terima dana penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 20 triliun

Bak efek domino, tertundanya komisi yang didapat ikut mengganggu cashflow perusahaan pialang. "Di beberapa pemain biaya overhead-nya nggak ketutup sehingga ikut menekan ekuitas perusahaan. Ini yang bahaya," ujarnya.

Dus, ekuitas dari sejumlah perusahaan pialang juga disebutnya turun ke level di bawah batas ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebagai informasi, regulator mematok ekuitas minimal pialang asuransi sebesar Rp 2 miliar dan sebesar Rp 3 miliar untuk pialang reasuransi.

Untungnya, dia bilang, pelaku industri bisa memperoleh keringanan sehingga bagi perusahaan pialang yang ekuitasnya di bawah ketentuan masih diberi tolerasni oleh OJK. "Asal si perusahaan bisa menunjukkan bahwa ekuitas memang tergerus karena dampak pandemi," paparnya.

Dengan kondisi pandemi yang masih belum berakhir, Adi bilang pihaknya pun tak muluk-muluk menatap prospek bisnis hingga akhir tahun ini sampai awal tahun 2022. Pelaku industri, kata dia, masih akan memasang mode bertahan hidup.

Baca Juga: Kuartal III-2021, bisnis bancassurance Bank BRI tumbuh pesat

Yang jadi prioritas industri pialang saat ini adalah menjaga biaya operasional seefisien mungkin. Sementara itu, untuk mendapatkan bisnis dari pelanggan baru, perusahaan pialang tidak akan bersikap agresif.

Berbeda dengan nasabah eksisting yang disebutnya akan dipertahankan habis-habisan. "Kita sangat mengusahakan di segmen renewal, asal bisa survive. Yang penting ekuitas tak terus tergerus," paparnya.

Selanjutnya: BNI mencatatkan kenaikan bisnis bancassurance hingga 18%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×