Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kinerja laba bersih emiten bank lapis dua rata-rata masih mampu tumbuh positif pada lima bulan pertama tahun 2024. Meskipun memang masih ada sejumlah emiten bank lapis dua yang labanya tertekan.
Jika ditelisik, Setidaknya dari 11 emiten bank lapis dua, ada tiga bank yang mencatatkan laba bersih tumbuh dua digit. Yakni Bank Permata (BNLI) yang labanya tumbuh hingga 47,73% yoy per Mei 2024, dengan perolehan laba bersih Rp 4,12 triliun.
Disusul Bank Syariah Indonesia (BRIS) yang labanya tumbuh 18,54% yoy menjadi Rp 2,77 triliun per Mei 2024. Sementara Bank OCBC (NISP) mencatat laba bersih tumbuh 10,97% yoy menjadi Rp 1,89 triliun per Mei 2024.
Baca Juga: Pilih-pilih Saham Valuasi Murah di IDX Value30, Cermati Rekomendasi Berikut
Di sisi lain, kinerja yang paling tertekan adalah KB Bank (BKKP) yang kerugiannya meningkat 164% yoy menjadi Rp 3 triliun per Mei 2024.
Sementara Bank BTPN (BTPN), Bank Mega (MEGA) serta Maybank (BNII) mengalami penurunan laba bersih masing-masing 31%, 40,48%, dan 93% per Mei 2024.
Sumber: Laporan keuangan bank
Penurunan laba bersih tersebut disebabkan pendapatan bunga bersih yang menurun karena meningkatkan beban bunga atau cost of fund. Namun kinerja kredit masih tetap tumbuh positif, kecuali MEGA yang mengalami penurunan kredit.
Rekomendasi Saham Bank Lapis Dua
Di sisi lain para analis menilai saham-saham bank lapis dua masih menarik dan layak dikoleksi, karena masih tergolong murah dibandingkan dengan emiten bank big caps yang harga sahamnya terbilang mahal.
"Dengan harga saham bank-bank lapis dua masih tergolong murah, terutama jika kita melihat Price Earning Ratio (PER) dan Price Book Value (PBV) yang mayoritas masih tercatat di bawah industri," kata Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada kepada Kontan, Selasa (9/7).
Reza menyebut, beberapa saham bank lapis dua menunjukkan performa yang menarik, dan prospeknya sejatinya sama kuat dengan bank-bank yang memiliki kapitalisasi besar. Banyak bank di kategori ini memiliki valuasi yang murah dan fundamental baik.
Reza menyarankan para investor yang ingin mengoleksi saham bank lapis dua, bisa mencermati emiten bank yang menunjukan valuasi saham menarik, pertumbuhan harga saham signifikan, serta prospek pertumbuhan yang baik di sektornya masing-masing.
Selain itu perlu mempertimbangankan verifikasi informasi sebelum menentukan strategi investasi. Jangan mudah terpengaruh lonjakan harga saham tertentu atau isu-isu yang belum tentu benar mengenai kondisi pasar.
"Ingatlah bahwa saham lapis kedua memiliki tingkat risiko yang lebih besar dari blue chips," ungkap Reza.
Baca Juga: Emiten Ramai Menjaring Dana dari Obligasi, Cermati Rekomendasi Saham Berikut Ini
Sementara itu Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, sejauh ini pergerakan harga saham bank lapis dua sama dengan bank-bank KBMI IV yang juga naik.
Bedanya saham bank lapis dua menawarkan harga lebih murah, dengan pergerakan saham yang lebih lincah.
"Namun perlu juga memperhatikan fundamental perusahaan bank lapis dua, sehingga tidak hanya berdasarkan teknikal semata. Apalagi berbicara perbankan, tentu berbicara fundamental dan potensi valuasi di masa yang akan dating," kata Nico kepada Kontan, Selasa (9/7).
Secara jangka panjang, Nico merekomendasikan saham BBTN dengan target harga Rp 1.800 per saham, BRIS dengan target harga Rp 2.900 per saham. Lalu, BNGA dengan target harga Rp 2.200, BNLI dengan target harga Rp 1.000 dan saham NISP dengan target harga Rp 1.550 per saham.
Namun, Nico mengingatkan investor perlu juga memperhatikan situasi dan kondisi global serta dalam negeri. Khususnya kebijakan dalam negeri yang menguntungkan perbankan dengan sektor tertentu.
"Seperti insentif di sektor properti misalnya. Terus bisa juga dengan melihat segmented customer tertentu, seperti BRIS misalnya yang segmentasinya syariah dan Indonesia penduduk muslim terbesar, kami melihat hal ini harus kita perhatikan sehingga dapat melihat potensi valuasi di masa yang akan datang," ungkap Nico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News