Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski isu likuiditas tengah membayangi industri perbankan, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tampaknya tak terlalu khawatir. Pasalnya, likuiditas BCA terbilang masih cukup longgar, di antara big banks lainnya.
Hingga Mei 2025, rasio likuiditas yang tercermin dalam Loan to Deposit Ratio (LDR) BCA berada di level 80%. Padahal, mayoritas LDR big bank lainnya sudah di atas 88%.
Analis Maybank Sekuritas Indonesia Jeffrosenberg Chenlim dan Faiq Asad mengungkapkan LDR yang rendah sebesar 80% membuat BBCA bisa lebih fleksibel dalam menerapkan strategi mulai dari kualitas aset hingga mencari pendanaan murah.
Adapun, terkait kualitas aset, mereka melihat BCA bisa menjaga hal tersebut sambil menargetkan yield yang lebih tinggi. Di sisi lain, bank swasta terbesar di Indonesia ini dapat memprioritaskan pendanaan berbiaya rendah.
Baca Juga: Strategi Bank BCA Jamin Keamanan Likuiditas Valas di Tengah Tren Pelemahan Rupiah
Sebagai gambaran, rasio dana murah dari BCA memang telah mendominasi hingga 83,2% per Mei 2025. Sementara, pada bulan sebelumnya, rasio dana murah BCA berada di level 81,8%.
Di sisi lain, mereka berpendapat BCA bisa beralih ke penyaluran pinjaman yang lebih agresif jika kondisi makro membaik. Di mana, basis deposito yang kuat memberikan fleksibilitas yang melimpah untuk menavigasi ketidakpastian dan tetap unggul di antara pesaing.
“Kami memperkirakan pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan meskipun ada tantangan ekonomi makro,” tulis keduanya dalam risetnya dikutip Senin (23/6).
Mereka pun mempertahankan rekomendasi beli untuk BBCA ini. Target harganya sebesar Rp 11.675 atau menyiratkan P/BV FY25E sebesar 4,8x.
Maybank Sekuritas Indonesia juga terus memantau perkembangan dengan cermat dan akan menyesuaikan proyeksi laba. Terlebih, ada sentimen positif dari potensi penurunan suku bunga bank sentral yang lebih awal. Proyeksinya ini akan mendorong momentum penyaluran pinjaman dan laba.
“Risiko utama meliputi kualitas pinjaman yang lebih lemah dan kenaikan biaya operasional,” ujarnya.
Baca Juga: Ditopang Dana Murah, DPK BCA Tumbuh 5,56% Jadi Rp 1.115 Triliun pada Mei 2025
Sebelumnya, Investment Analyst Lead Stockbit Edi Chandren pun menyoroti pendapatan bunga yang pada Mei 2025 tercatat senilai Rp 8 triliun. Angka tersebut naik 4% dari bulan sebelumnya.
Di sisi lain, beban bunga BCA di Mei 2025 mampu ditekan dengan hanya tumbuh 1% YoY menjadi Rp 1,1 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersih jadi naik 5% secara bulanan menjadi Rp 6,9 triliun.
“Pertumbuhan ini dapat mengindikasikan mulai naiknya lending yield, sesuai intensi manajemen,” ujar Edi dalam keterangan tertulisnya (16/6).
Hasil tersebut pun pada akhirnya juga mengerek rasio Net Interest Margin (NIM) dari bank swasta terbesar di Indonesia ini. NIM BBCA tercatat di level 5,86% pada Mei 2025. Padahal April lalu, NIM-nya masih di level 5,56%.
Seperti diketahui, sepanjang Januari –Mei, BBCA ini mampu mencetak laba bank only senilai Rp 25,2 triliun. Capaian tersebut mengalami pertumbuhan sekitar 16% YoY.
Jika melihat kinerja di bulan Mei 2025 saja, laba BCA tercatat senilai Rp 5 triliun. Kenaikannya mencapai 12% YoY dan tumbuh 10% jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Selanjutnya: Promo KFC Student and Employees Treat Tiap Senin-Rabu, Semua Produk Diskon 20%
Menarik Dibaca: Promo KFC Student and Employees Treat Tiap Senin-Rabu, Semua Produk Diskon 20%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
