Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
Hingga saat ini, total debitur Bank Mandiri dari sektor korporasi (wholesale) dan ritel ada sekitar 5,1 juta debitur dengan baki debit sebesar Rp 755 triliun.
Menurut Roy berbeda dengan krisis 1997/1998, dan 2008, kredit BUMN dan korporasi hingga sejauh ini masih dalam kondisi terkendali. “BUMN seperti karya kendalanya di cashflow, tapi seperti Jasa Marga akan membaik cashflownya jika lalu lintas tol kembali normal,” ujar Roy.
Tak menyebut besaran kredit BUMN dan korporasi ‘bermasalah’ dalam portfolio Bank Mandiri, Roy menegaskan bahwa kondisi utang mayoritas BUMN dan korporasi di Bank Mandiri aman. “Jika ada utang valas, hedging sudah dilakukan,” ujar Roy.
Hanya, Roy tak memungkiri bahkan dalam portfolio kredit Bank Mandiri ada sejumlah debitur bermasalah. Antara lain PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) serta PT Garuda Indonesia Tbk.
Catatan KONTAN, Bank Mandiri tercatat sebagai kreditur terbesar KRAS adalah dengan kredit sebanyak US$618,28 juta. Dengan kurs rupiah Rp 14.895 per dollar AS, utang itu setara Rp Rp 9,2 triliun. “Terkait utang KRAS ini tak terkait Covid 19, kami diminta mencarikan investor, ada bebarapa yang berminat, ternyata bisnis baja tetap ada prospeknya,” ujar Roy.
Baca Juga: Masih ada kesalahpahaman, ini curhat Dirut Bank Mandiri soal restrukturisasi kredit
Sementara di PT Garuda Indonesia, Bank Mandiri juga tercatat sebagai kreditur Garuda Indonesia. Per akhir Desember 2019, nilainya mencapai US$180,49 juta, naik dari posisi akhir 2018 sebesar US$135,69 juta. Ini setara Rp 2,7 triliun. “Kalau ini tannya ke Pak Tiko (Kartika Wirjoatmadjo, Wamen BUMN),” ujar Roy.
Yang jelas, saat ini Garuda tengah meminta restrukturisasi utang baik ke kreditur bank maupun sukuk holdernya..
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News