kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Disentil Jokowi, Berapa Kontribusi Kredit Smelter terhadap Total Pembiayaan Bank?


Kamis, 09 Februari 2023 / 17:26 WIB
Disentil Jokowi, Berapa Kontribusi Kredit Smelter terhadap Total Pembiayaan Bank?
ILUSTRASI. Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada PTIJK Tahun 2023, Senin (06/02/2023) di Hotel Shangri-La, Jakarta.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya pemerintah mendorong hilirisasi industri pengolahan terkendala pada pendanaan bagi smelter. Bahkan, Presiden Joko Widodo menyentil dan menagih agar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan perbankan makin rajin menyalurkan kredit ke sektor ini. 

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) penyaluran kredit ke industri pengolahan termasuk hilirisasi hingga smelter memang menunjukkan tren meningkat. Pada tahun lalu, penyaluran kredit ke sektor ini mencapai Rp 1.021,7 triliun. Sudah lebih tinggi dari kondisi sebelum pandemi sebesar Rp 909,1 triliun di 2019 dan sempat turun di 2020 mencapai Rp 862,2 triliun. 

Namun, secara kontribusi penyaluran kredit ke sektor ini dibandingkan total portofolio pembiayaan perbankan masih berada di kondisi sebelum Covid-19. Kontribusinya pada 2018 mencapai 16,45%, lalu turun ke 16,13% di 2019, dan merosot ke 15,71% di 2020. 

Kontribusi ini mulai naik lagi pada 2021 ke level 15,74% dan naik ke posisi 15,99% di 2022. Meski dalam tren naik, kontribusinya masih di bawah kondisi sebelum pandemi. 

Baca Juga: Tumbuh 13% YoY, Bank Mandiri Salurkan Kredit ke UMKM Senilai Rp 117,2 Triliun

Adapun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk terus memacu penyaluran kredit terhadap sektor ini memiliki prospek. Oleh sebab itu, eksposur Bank Mandiri di sektor industri pengolahan termasuk industri hilir seperti smelter mencapai Rp 144 triliun pada Desember 2022.   

Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyatakan industri pengolahan juga merupakan sektor terbesar Bank Mandiri dengan portfolio mencapai 15,4%. Ia menekankan dengan begitu, sektor ini akan tetap menjadi salah satu fokus tumbuh kredit Bank Mandiri ke depannya. 

“Lebih detail lagi, contoh beberapa sub sektor industri pengolahan hilir tersebut adalah industri makanan & minuman, industri farmasi, industri pengolahan logam (smelter), industri pupuk, industri kimia, industri pakan ternak dan lain sebagainya. Kami memandang sektor-sektor tersebut masih memiliki prospek yang baik ke depannya seiring dengan pemulihan perekonomian Indonesia dan peningkatan demand global,” ujarnya kepada Kontan.co.id pada Kamis (9/2).  

Lanjut Rudi, dalam mendukung industri hilirisasi Bank Mandiri juga telah memberikan berbagai layanan keuangan kepada sektor tersebut. Termasuk kredit investasi, kredit modal kerja, bank garansi dan produk perbankan lainnya.   

“Dapat kami sampaikan, sampai dengan akhir Desember 2022 tren penyaluran kredit Bank Mandiri ke sektor industri pengolahan termasuk industri hilir terus membaik bahkan tumbuh dua digit dibandingkan tahun sebelumnya,” tambahnya.  

Ia menekankan ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat yang terus tumbuh positif. Pertumbuhan tersebut juga diikuti dengan kualitas kredit yang terjaga di level memadai.

Sedangkan PT Bank Central Asia Tbk menyatakan akan mendukung arahan pemerintah tersebut. Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn mengatakan ini dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk pertambangan dalam negeri sehingga berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.  

“Saat ini, BCA telah memiliki portofolio pembiayaan ke sektor yang bergerak pada hilirisasi industri pertambangan. Kami melihat prospek penyaluran kredit ke sektor ini cukup baik, khususnya untuk mendukung berkembangnya ekosistem industri mobil listrik dan Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia,” tuturnya kepada Kontan.co.id.

Ia melanjutkan, dalam menyalurkan kredit, BCA selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dengan manajemen risiko yang disiplin. Selain itu, dalam menjalankan kegiatan operasional dan bisnis, BCA berkoordinasi dan berkomunikasi dengan seluruh pemangku kepentingan, serta menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengakui penyaluran kredit perbankan tanah air ke smelter memang sedikit. Persoalan utama masih pada risiko yang memang belum ada jaminan dari pemerintah atau regulator. 

Baca Juga: Bank BCA: NIM Merupakan Refleksi Berbagai Faktor

Terutama adanya ketentuan yang memadai ketika terjadi kredit bermasalah. Lantaran, Amin menyebut smelter ini membutuhkan modal yang cukup besar hingga puluhan triliun. 

“Sehingga ketika terjadi risiko akan mengganggu perbankan. Namun, bank dalam melakukan bisnisnya juga harus menyesuaikan model bisnis untuk smelter ini seperti tingkat suku bunga dan manajemen risiko, serta aturan main yang jelas,” paparnya kepada Kontan.co.id pada Kamis (9/2). 

Ia melihat prospek penyaluran kredit ke smelter ini semakin terbuka karena pemerintah dan regulator terus mendorong hilirisasi. Akan tetapi, ia menyatakan kebanyakan pelaku smelter masih didominasi oleh investor asing. 

“Setahu saya, ada aturan bank lokal tidak boleh memberikan kredit investasi kalau itu untuk penanaman modal asing (PMA). Tapi biasanya PMA ini akan membentuk PT dengan entitas dalam negeri, itu baru boleh,” jelasnya. 

Selain itu, karena kredit investasi membutuhkan dana yang besar, bank juga berpikir ulang untuk menyalurkan kredit. Namun, ketika smelter sudah terbentuk, Amin yakin bank mulai berani menyalurkan kredit modal kerja untuk operasionalnya. 

Amin menyebut penyaluran kredit ke smelter masih banyak dilakukan oleh bank asing. Lantaran memberikan kredit bagi investor yang berasal sama dengan bank asing tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×