Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
Menurut Antonius, sektor ekonomi yang mungkin berpotensi terdampak wabah virus corona adalah sektor pariwisata, sektor transportasi, sektor jasa dan sektor perdagangan.
Baca Juga: Saat kredit masih loyo, bank masih getol berburu dana anorganik
Tahun ini, target pertumbuhan kredit Bank BSB memang tidak setinggi tahun 2019 yang masih tumbuh 14,39% YoY. Namun, lebih rendahnya target tersebut sudah diperkirakan bank sejak awal sebelum merebaknya virus corona lantaran kondisi ekonomi memang masih berat.
Di tengah wabah virus corona, risiko kredit Bank Sumsel Babel masih relatif terkendali. Rasio kredit bermasalah Non Performing Loan (NPL) bank ini per Februari hanya naik tipis dari akhir tahun lalu yang tercatat 4,5% secara gross dan 1,43% secara net.
"Sampai saat ini, sebagai dampak wabah virus corona, banyak ASN yang menjalani bekerja di rumah. Namu, mereka tetap mendapatkan hak gaji dan tunjangan secara penuh sehingga secara umum kredit kepada ASN akan tetap terjaga kolektibilitasnya," kata Antonius.
Guna menjaga kualitas aset, Bank Sumsel Babel akan tetap berperan aktif dalam proses pengelolaan kualitas portofolio kredit dengan melakukan monitoring dan pengendalian kredit.
Antonius bilang, sampai saat ini belum ada debitur yang mengajukan restrukturisasi pasca kelonggaran aturan restrukturisasi yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
BPD Nusa Tenggara Barat (Bank NTB) juga menyebut virus corona belum membawa dampak terhadap penyaluran pembiayaan maupun kualitas aset bank syariah ini.
Baca Juga: Cegah Penyebaran Corona, Nasabah Bank Diminta Optimalkan Saluran Digital
Pasalnya, struktur pembiayaan Bank NTB masih didominasi oleh segmen konsumtif dengan porsi lebih dari 90%. Dan itu pun kebanyakan berasal dari debitur ASN dan nasabah berpenghasilan tetap.