Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya penurunan emisi dalam dunia usaha untuk menjadi semakin hijau kian marak dilakukan beberapa perusahaan. Terlebih, bagi para pelaku usaha yang memiliki tingkat pengeluaran emisi yang tergolong besar.
Dalam hal ini, perbankan pun menawarkan skema pinjaman berupa Sustainable Linked Loan (SLL) yang mulai banyak dalam dua tahun terakhir. Di mana, pinjaman ini diharapkan membantu pelaku usaha untuk melakukan transisi energi.
Adapun, skema SLL ini merupakan instrumen pembiayaan yang memberikan insentif kepada debitur untuk mencapai tujuan kinerja yang berkelanjutan. Berbeda dengan kredit pembiayaan hijau yang memang diperuntukkan bagi perusahaan yang sudah berada pada kegiatan usaha berwawasan lingkungan.
Baca Juga: Terus Melaju! Bank Mandiri Gapai Laba Bersih Rp 55,1 Triliun di Tahun 2023
Direktur Manajemen Risiko PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) David Pirzada bilang skema SLL ini masih sangat prospektif di Indonesia. Di mana, isu ESG terus ramai dan sejalan dengan visi pemerintah untuk menuju Net Zero Emission di 2024.
“Perusahaan-perusahaan di Indonesia saat ini juga mempersiapkan peta jalan net zero emission dan memperbaiki ESG-nya,” ujar David kepada KONTAN, Rabu (31/1).
Sepanjang 2023, total undisbursed loan milik BNI yang di bawah skema SLL senilai US$ 298 juta. Di mana, sektor yang dibiayai adalah manufaktur baja, semen, dan pakan ternak.
David menambahkan apabila target perbaikan environment di dalam perusahaan tercapai, maka akan ada insentif bunga yang lebih rendah atas pembiayaan yang diterimanya.
Baca Juga: Bank BNI (BBNI) Terus Genjot Pembiayaan Hijau, Ini Data Terbarunya