Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna memacu penyaluran kredit ke sektor pelaku UMKM, Bank Indonesia (BI) mendorong implementasi multichannel financing (MCF) atau pembiayaan melalui rantai nilai usaha yang terhubung dengan korporasi maupun aggregator.
Deputi Gubernur BI, Doni P. Joewono menyampaikan bahwa agunan dan ketersediaan laporan keuangan, menjadi salah satu kendala utama bagi Bank untuk masuk ke pasar UMKM.
“Melalui skema MCF, perusahaan mitra dapat menyampaikan rekomendasi UMKM yang layak mendapatkan pembiayaan dari lembaga keuangan maupun lembaga pembiayaan,” paparnya.
Sekretaris Perusahaan Bank BRI Aestika Oryza Gunarto menyambut menyambut baik terobosan regulator ini. Ia menyatakan BRI menyediakan platform pemberdayaan dan berbagai skim kredit yang disesuaikan dengan level usaha dan perkembangan bisnis pelaku UMKM.
Baca Juga: Awal Tahun, Kredit Korporasi Sudah Mengalir Kencang
“Contohnya, BRI telah menciptakan hyperlocal ecosystem yang dinamakan PARI (Pasar Rakyat Indonesia), di mana secara konsep memiliki kesamaan dengan MCF,” katanya kepada KONTAN pada Senin (20/2).
Ia menjelaskan PARI merupakan integrated commodity platform yang memberikan kemudahan transaksi dan berbagai solusi bagi pelaku ekosistem komoditas dalam layanan BRI yang terintegrasi. Secara umum, platform PARI menghubungkan peternak, pengepul, transportasi dan korporasi/pembeli besar dalam sebuah ekosistem.
“Secara kinerja, saat ini tercatat lebih dari 24 ribu peternak dan 14 ribu pengepul yang tergabung dalam platform tersebut dan menghasilkan gross merchant value senilai Rp 8 triliun,” jelasnya.
Pada 2023 ini, BRI optimistis pertumbuhan kredit dapat mencapai double digit antara 10% hingga 12% year on year. Target itu akan dimotori dari pertumbuhan pada segmen UMKM, utamanya segmen mikro.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menilai MCF ini hanyalah istilah baru saja, namun sudah lama dilakukan secara praktik. Lantaran di operasi ada mata rantai nilai yang secara sederhana memberikan pembiayaan kepada pelaku usaha yang ada dalam satu ekosistem dari hulu sampai hilir.
Baca Juga: Surplus Kembar 2022 Tak Bikin Rupiah Menguat, Begini Kata Ekonom
“Misalnya ada satu korporasi, nah itu dia bisa kasih pembiayaan dari supplyer-nya sampai ke super mikro yang ada di ekosistem perusahaan itu. Kalau menurut saya ini prospeknya bagus model ini agar satu mata rantai usaha itu tidak lepas dari satu bank saja,” jelas Amin kepada KONTAN.
Terlebih dengan adanya pengembangan digitalisasi ini akan semakin berkembang. Secara risiko, Amin menyatakan skema ini akan menekan kredit bermasalah.
“Risikonya bisa diminimalisir karena sebuah mata rantai bisa diketahui dari ekosistemnya. Juga pembiayaan ini diberikan juga setelah mendapat rekomendasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News