Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam kondisi pandemi seperti saat ini, posisi pendanaan perbankan sejatinya masih sangat solid. Lihat saja, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan per Juni 2020 dana pihak ketiga (DPK) sudah menembus Rp 6.175,36 triliun atau masih tumbuh 7,95% secara tahunan atau year on year (yoy).
Walau memang pertumbuhannya tidak sederat pada periode sebelum pandemi, DPK perbankan masih cukup solid. Tapi kalau dirinci, pertumbuhan tertinggi DPK perbankan memang didominasi oleh kelompok bank raksasa atau BUKU IV yang realisasinya tumbuh 11,9% yoy, melampaui rata-rata industri.
Ambil contoh saja, PT Bank Mandiri Tbk misalnya, per Juni 2020 realisasi DPK-nya sudah mencapai Rp 976,55 triliun naik drastis 15,8% secara year on year (yoy). Kalau dirinci, pertumbuhan DPK Bank Mandiri ini memang dipacu oleh kenaikan deposito sebesar 23,9% yoy dan juga rekening giro sebesar 23,2% yoy.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Silano Rumantir menjelaskan, ke depan pihaknya akan terus menjaga pertumbuhan tersebut. "Pertumbuhan DPK akan tetap sehat dan lebih besar dari pertumbuhan kredit. Dan kami akan menjaga keadaan likuiditas dengan sehat," katanya dalam Public Expose Live, di Jakarta, Rabu (26/8).
Baca Juga: Gandeng BRI, BFI Finance garap kredit kendaraan dengan limit fasilitas Rp 1 triliun
Selain Bank Mandiri, ada juga PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang berhasil menumbuhkan DPK sebesar 11,3% yoy menjadi Rp 662,37 triliun. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh simpanan giro yang tumbuh 18,4% yoy menjadi Rp 223,67 triliun.
Sementara tabungan tumbuh 7,1% yoy menjadi Rp 209,44 triliun, dan deposito tumbuh 8,8% yoy menjadi Rp 229,25 triliun. Dengan pertumbuhan tersebut, komposisi dana murah perseroan juga meningkat dari 64,6% pada semester I-2020, menjadi Rp 65,4 % pada akhir Juni 2020.
“Strategi fokus terhadap dana murah membuat cost of fund kami berhasil ditekan dari 3,2% pada Juni 2019 menjadi 2,9% semester I-2020. Membaiknya cost of fund ini mendorong penurunan beban bunga hingga 5,6% (yoy),” kata Direktur Layanan dan Jaringan Adi Sulistyowati belum lama ini.
Tetapi, dibalik pertumbuhan DPK BUKU IV yang masif, bank kecil justru gigit jari. Data OJK menunjukkan sejak Maret 2020 tren DPK di BUKU I terus menurun. Hingga pada Juni 2020 tercatat DPK BUKU I turun 8,8% yoy. Kemudian, DPK di kelompok BUKU II juga hanya tumbuh tipis 2,11% saja.
Beberapa bank kecil yang dihubungi Kontan.co.id menjelaskan, bahwa dalam kondisi pandemi ini perbankan memang cenderung mengurangi tekanan pada dana mahal alias deposito. Asal tahu saja, bank-bank kecil memang mayoritas mengandalkan deposito sebagai sumber pendanaan, berbeda dengan bank BUKU III dan IV yang punya opsi pendanaan lebih beragam.
Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank Ina) Daniel Budirahayu misalnya bilang bahwa pada periode Desember 2019 hingga Juni 2020 memang ada penurunan DPK perseroan sekitar 5% (year to date/ytd). Menurutnya, hal itu memang sengaja dilakukan perseroan guna mengurangi dana mahal.
Baca Juga: Ekonom: Perbankan Indonesia dinilai mampu hadapi hantaman pandemi
Lagipula, likuiditas perseroan diakuinnya masih cukup. Ditambah lagi, di situasi pandemi, permintaan kredit memang tidak terlalu banyak. "Ini memang untuk menjaga cost of fund kami," terangnya kepada Kontan.co.id, Selasa (25/8).
Dia pun mengatakan, sampai saat ini perseroan tidak merasakan adanya persaingan perebutan dana deposito. Sebab, mayoritas bank di Tanah Air memang sedang aktif mengurangi biaya dana dalam rangka tren penurunan pendapatan bunga karena adanya relaksasi kredit. Catatan saja, per Juni 2020 posisi CoF Bank Ina ada di level 5,9%.
Ada juga PT Bank Mayora yang mengatakan saat ini DPK memang masih tumbuh. Merujuk laporan keuangan perseroan, per Juni 2020 total DPK sudah menembus Rp 5,84 triliun. Masih naik dari periode setahun sebelumnya Rp 4,32 triliun atau tumbuh 35,18% yoy. "DPK di Bank Mayora masih tumbuh. Memang kalau saya lihat bank saat ini banyak mengurangi dana mahal dan fokus ke dana murah," ujar Presiden Direktur Bank Mayora Irfanto Oeij.
Kendati demikian, sampai akhir tahun pihaknya memang memperkirakan pertumbuhan DPK tidak akan semasif semester I 2020. Bank milik taipan ini hanya mematok target DPK di kisaran 2%-3% saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News