kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

DPK rupiah bank BUMN dan swasta naik


Kamis, 04 November 2010 / 11:21 WIB
DPK rupiah bank BUMN dan swasta naik
ILUSTRASI. PT Modernland Realty Tbk MDLN


Reporter: Ruisa Khoiriyah, Andri Indradie | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Selama pekan terakhir Oktober 2010 lalu, dana pihak ketiga (DPK) yang tersimpan di brankas perbankan naik Rp 10,26 triliun. Dengan tambahan ini, total dana masyarakat mencapai Rp 2.149,74 triliun atau tumbuh Rp 179,3 triliun sepanjang tahun ini.

Bank Indonesia (BI) mencatat, pertumbuhan simpanan dalam rupiah selama sepekan terakhir bulan lalu, hanya terjadi di bank pemerintah dan bank swasta. Sementara di bank lain, terutama bank pembangunan daerah (BPD), nilainya menciut signifkan.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat (Humas) BI Difi A. Johansyah menuturkan, di pekan terakhir itu simpanan berdenominasi rupiah bertambah Rp 9,9 triliun. Sedangkan DPK berdenominasi valas naik US$ 90 juta. "Kami memperkirakan, kenaikan nilai simpanan ini terkait dengan aktivitas nasabah-nasabah besar perbankan," ujar Difi dalam email yang diterima KONTAN, Rabu (3/11).

Adapun di kelompok bank lain, BI justru mencatat terjadi penurunan. Di BPD misalnya, dana masyarakat menurun sebesar Rp 2,5 triliun.

Sementara simpanan dalam bentuk valas, kenaikan hanya terjadi di kelompok bank asing dan bank campuran masing-masing sebesar Rp 1,64 triliun dan Rp 510 miliar. Dana valas di kelompok bank swasta dan bank pelat merah justru menurun, masing-masing senilai Rp 220 miliar dan senilai Rp 1,56 triliun.

Menurut Asosiasi BPD Seluruh Indonesia (Asbanda), penurunan DPK BPD menjelang akhir tahun merupakan fenomena wajar. Menurut Hariyono, Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Asbanda, penurunan seperti ini biasa terjadi lantaran pemerintah daerah (Pemda) mencairkan dana mereka untuk membayar berbagai proyek. Maklum, realisasi proyek umumnya berlangsung serentak di penghujung tahun.

Dana pemda memang masih menjadi penyokong utama DPK BPD. Porsinya rata-rata mencapai 70%. "Maka itu, ketika pemda menarik dana mereka untuk membayar rekanan, otomatis DPK BPD ikut melorot," kata Hariyono.

Realisasi proyek pemerintah sejatinya bukan cuma menciutkan DPK BPD. Bank sekaliber Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga sempat merasakan melorotnya DPK. BRI mengalami fenomena ini pada Juli-Agustus.

Mengacu data statistik BI, DPK BRI selama periode itu susut Rp 8,01 triliun menjadi Rp 245,941 triliun. Walhasil, Bank Central Asia (BCA) berhasil merebut posisi BRI di tempat kedua sebagai pengumpul DPK terbanyak. Pada kurun yang sama, DPK BCA naik Rp 13,01 triliun menjadi Rp 260,272 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×