kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

DPR anggap bunga kredit perbankan nasional mahal


Kamis, 26 Maret 2015 / 12:13 WIB
ILUSTRASI. Pelanggan mengamati produk-produk sepeda impor asal Inggris yang telah selesai diperbaiki di salah satu pusat servis di Jakarta, Rabu (2/9/2020). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Gus Irawan Pasaribu, mengkhawatirkan tingkat bunga kredit perbankan nasional yang dianggap sudah terlalu tinggi. Kondisi ini berpotensi memicu peningkatan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL).

"Kita tahu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beberapa waktu lalu pernah mengkhawatirkan bunga perbankan. Ini karena perbankan mengambil margin begitu tinggi," kata Gus di Jakarta, belum lama ini.

Gus mengkritik industri perbankan nasional yang menurutnya tak lagi efisien. Sebab, perbankan hanya fokus mengejar Net Interest Margin (NIM) yang setinggi mungkin. Padahal perbankan nasional memiliki fungsi penting memacu pertumbuhan ekonomi nasional. "Saya setuju NIM maksimal 5%," pungkas mantan Direktur Utama Bank Sumut tersebut.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Januari 2015, NIM perbankan nasional mencapai 4,24%. Besaran ini menunjukkan peningkatan dibanding Januari 2014 yang mencapai 4,17%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×