Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komisi XI DPR RI menyatakan bahwa kondisi keuangan PT Asabri (Persero) masih lancar alias likuid. Ketua Komisi XI DPR RI Dito Ganinduto menyatakan bahwa kondisi keuangan masih terbilang aman.
Kendati demikian Ia menyebut bahwa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tengah memeriksa keuangan asuransi khusus bagi perajurit TNI dan anggota Polri itu.
Baca Juga: Analis: Pasar bisa pulih apabila kasus Jiwasraya dan Asabri selesai
"Kami baru saja mengadakan konsultasi dengan BPK mengenai investigasi khususnya mengenai Jiwasraya, Asabri, dan OJK. Telah selesai tahap pertama, namun investigasi dilakukan secara bertahap. Termasuk audit forensik," ujar Dito di gedung BPK pada Senin (2/2).
"Kalau kita lihat Asabri tidak ada masalah. Kalaupun diperiksa tidak apa-apa. Ternyata Setelah diperiksa tidak seperti Jiwasraya. Masih oke, masih likuidlah," lanjut Dito.
Kendati demikian, Ia mengakui ada potensi rugi akibat investasi yang bakal ditanggung oleh perusahaan pelat merah itu. Namun Ia menekankan bahwa tidak ada masalah bagi nasabah Asabri.
Adapun anggota Komisi XI, Mukhamad Misbakhun mengakui ada dana investasi Asabri yang tidak dikelola padat tempatnya.
Baca Juga: Rugikan Jiwasraya dan Asabri, apakah Benny Tjokro dan Heru Hidayat bisa bayar?
"Harusnya uang investasi itu ada manfaatnya. Namun pada saat mereka investasi digunakan oleh orang-orang yang sudah ditanggap oleh Kejaksaan Agung. Kaitannya ada transaksi silang antar saham mereka dengan Jiwasraya dan Asabri," tutur Misbakhun.
Seiya sekata, Misbakhun sepakat dengan Dito bahwa secara nasabah, Asabri tidak bermasalah. Lantaran untuk pensiunan Asabri akan dibayar oleh negara. Namun persoalan dana kelolaan investasi.
"Ada uang namanya investasi yg tidak pada tempatnya. Nilai perolehan awal berapa, espektasi return berapa, tapi kemudian mengalami penurunan yang sangat tajam. Ini masalahnya," jelasnya.
Baca Juga: Mahfud MD: Erick Thohir diserang karena ungkap kasus Jiwasraya dan Asabri
Lanjut Ia, transaksi ini akan menggunakan manajer investasi maupun perusahaan sekuritas. Guna memilih instrumen investasi baik saham maupun reksa dana. Nah pada tahap ini lah, ia melihat banyak terjadi fraud.
"Harusnya mereka memberikan manfaat kepada nasabah Asabri. Tentu ada potensi kerugian disini," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News