kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.944.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.370   -48,00   -0,29%
  • IDX 7.952   15,91   0,20%
  • KOMPAS100 1.106   -0,20   -0,02%
  • LQ45 812   -1,90   -0,23%
  • ISSI 268   1,83   0,69%
  • IDX30 421   0,16   0,04%
  • IDXHIDIV20 488   0,14   0,03%
  • IDX80 122   -0,19   -0,16%
  • IDXV30 132   0,97   0,74%
  • IDXQ30 136   0,14   0,10%

Ekonom Bank Mandiri Beberkan Tantangan Sektor Perbankan di Semester-II 2025


Kamis, 28 Agustus 2025 / 18:38 WIB
Ekonom Bank Mandiri Beberkan Tantangan Sektor Perbankan di Semester-II 2025
ILUSTRASI. Kinerja Perbankan: Teller menghitung uang di Bak Mandiri, JAkarta, Senin (25/8/2025). Memasuki semester-II 2025, beragam tantangan masih bakal dilalui oleh roda perekonomian. Tak terkecuali di sektor perbankan.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Memasuki semester-II 2025, beragam tantangan masih bakal dilalui oleh roda perekonomian. Tak terkecuali di sektor perbankan.

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi sektor perbankan di paruh kedua tahun ini masih tak jauh berbeda dengan semester-I 2025 lalu.

Andry menjelaskan, tantangan pertama ialah bagaimana perbankan bisa menjaga kualitas aset mereka.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Konsumsi di Perbankan Makin Loyo

Menurutnya penting untuk perbankan bisa memitigasi dan mengelola risiko dari penurunan aset berbagai segmen, misalnya segmen consumer dan MSME (UMKM) yang dicatat tengah mengalami kenaikan pada rasio kredit macet mereka.

“Kalau kita lihat memang pressure penurunan kualitas aset tentu saja pada segmen yang bawah tadi, yang konsumer, mikro, SME. Ini kemudian bagaimana mengelola atau memitigasi risiko tersebut, ini penting,” kata Andry dalam agenda Economic Outlook Q3 2025 dari Tim Office of Chief Economist Bank Mandiri dan Mandiri Sekuritas, Kamis (28/8/2025).

Kemudian tantangan kedua yang harus dihadapi oleh perbankan ialah bagaimana mereka dapat menjaga likuiditas supaya tetap stabil. Hal ini mengingat, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang masih terbatas.

Hal ini sejalan dengan masyarakat yang mulai memiliki pilihan untuk menempatkan uang mereka ke berbagai instrumen investasi lain, misal ke emas, kripto, saham, obligasi, hingga properti.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Sektor Batubara Dinilai Prospektif, Ini Faktor Pendorongnya

Selain itu, dia juga menyoroti adanya fenomena makan tabungan. Ini situasi di mana seseorang terpaksa menggunakan uang tabungannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena pendapatan yang tidak mencukupi. Kondisi ini juga turut berpotensi menurunkan DPK perbankan.

“Saya rasa kalau kita fokus di misalnya di kuartal tiga (fenomena makan tabungan) masih relatif terjadi,” katanya.

Meskipun begitu, Head of Macroeconomics and Financial Market Research Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina menjelaskan bahwa ke depan, masih ada peluang pertumbuhan intermediasi di perbankan.




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×