Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa pertumbuhan kredit konsumsi perbankan masih terus melemah. Beberapa perbankan pun mengamini kondisi ini.
Hal ini tercermin dari catatan BI, yang menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit konsumsi perbankan secara industri per Juli hanya 8,11% year-on-year (YoY). Ini bahkan dicatat terus melemah, mengingat kredit konsumsi per bulan Juni 2025 tumbuh 8,49% YoY.
Jika dirinci, hampir seluruh komponen utama kredit konsumsi mengalami perlambatan. Kredit pemilikan rumah (KPR) di Juli 2025 hanya tumbuh 7,1% YoY dari Juni yang tumbuh 8,8% YoY.
Kredit kendaraan bermotor juga dicatat pertumbuhannya menurun hanya 4,5% YoY dari bulan Juni yang 5,5% YoY. Selain itu, kredit multiguna juga sama, hanya tumbuh 8,8% YoY dari bulan Juni yang 10,6% YoY.
Baca Juga: Bank Mandiri Catat Kredit Wholesale Tumbuh 15,8% per Mei 2025
PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) pun turut mengamini kondisi ini. Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan bilang bahwa penyaluran kredit konsumsi di CIMB Niaga per Juli 2025 bervariasi. Kendati belum membeberkan total nilai kreditnya, namun dicatat pertumbuhannya relatif kecil. Apalagi untuk KPR yang dicatatnya tidak tumbuh.
“(Penyaluran kredit konsumsi) Bervariasi tapi memang relatif kecil, terutama KPR kami yang tidak tumbuh,” kata Lani kepada Kontan, Rabu (27/8/2025).
Meskipun begitu, Lani menjelaskan jika kredit auto KKB di CIMB Niaga masih tumbuh baik, sebesar double digit. Ada pun unsecured loan (kredit tanpa agunan) tumbuh walaupun masih di bawah 10%. Menurut Lani, faktor penyebab kelesuan penyaluran kredit konsumsi ini ialah faktor daya beli masyarakat yang masih belum membaik dan sangat berpengaruh ke permintaan kredit di perbankan.
Selain itu, PT Bank Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta atau Bank BPD DIY bilang bahwa pertumbuhan kredit konsumsi hingga saat ini belum sesuai harapan. Dicatat per Juli 2025, pertumbuhan kredit konsumsi di Bank BPD DY hanya tumbuh 3,1% YoY.
“Sebagaimana kondisi perbankan secara umum, bahwa pertumbuhan kredit konsumsi belum sesuai harapan. Posisi Juli 2025, baru mencapai angka 3,1% YoY,” tutur Direktur Pemasaran dan Usaha Syariah BPD DIY Raden Agus Trimurjanto.
Senada dengan Lani, Agus juga bilang bahwa pelemahan kredit konsumsi ini disebabkan karena kemampuan daya beli masyarakat yang menurun. Ini mengakibatkan minat atau keinginan masyarakat untuk mengajukan kredit berkurang. Masyarakat akan makin selektif dalam memenuhi kebutuhannya melalui pinjaman.
PT Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap) juga bilang bahwa pihaknya memandang pertumbuhan kredit konsumsi nasional memang masih relatif moderat. Namun, Direktur Bisnis Bank Mandiri Taspen Maswar menyebut bahwa penyaluran kredit konsumsi di Bank Mandiri Taspen masih terjaga positif.
Hingga akhir Juli 2025, penyaluran kredit konsumsi Bank Mandiri Taspen telah mencapai sekitar Rp 11.4 triliun, tumbuh sekitar 16% secara YoY. Maswar bahkan membidik kredit konsumsi di Bank Mandiri Taspen dapat tumbuh double digit hingga akhir tahun.
“Kami menargetkan hingga akhir 2025, kredit konsumsi dapat tumbuh di kisaran 20,7% YoY selaras dengan arah Rencana Bisnis Bank dan kondisi makroekonomi yang kami monitor secara ketat,” katanya.
Di sisi lain, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatat kredit konsumer naik 7,6% YoY menjadi Rp 226,4 triliun. EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn justru menyebut bahwa KPR BCA yang menjadi penopang, di mana tumbuh 8,4% YoY mencapai Rp 137,6 triliun dan kredit kendaraan bermotor (KKB) yang tumbuh 5,2% YoY menjadi Rp 65,4 triliun.
“BCA akan terus mendorong penyaluran kredit ke berbagai segmen dan sektor dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian bank dan menerapkan manajemen risiko yang disiplin,” kata Hera.
Mengomentari hal ini, Ekonom Maybank Myrdal Gunarto menyebut bahwa progress dari penurunan BI-Rate yang agak lambat menjadi salah satu faktor mengapa pertumbuhan kredit konsumsi belum kembali semarak. Sebagaimana diketahui, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,00% di Agustus ini.
Selain itu, kondisi global yang kurang kondusif juga menjadi salah satu sentimen, sebab ini berdampak pula pada ketidakpastian income masyarakat. Ini menyebabkan ruang masyarakat untuk melakukan permintaan kredit ke bank jadi terbatas.
Guna kembali menggenjot pertumbuhan kredit konsumsi, Myrdal bilang perbankan perlu senantiasa mempercepat transmisi penurunan suku bunga. “Kalau untuk perbankan ya mau tidak mau mereka harus mempercepat transmisi untuk tren penurunan suku bunga. Sambil kita lihat juga. Atau bisa saja dari sisi bank mereka memperpanjang tenornya," jelas Myrdal.
Baca Juga: BCA Salurkan Kredit ke Sektor Berkelanjutan Rp 239,7 Triliun per Juni 2025
Selanjutnya: PM India Modi Cari Sekutu Baru di Asia untuk Redam Dampak Tarif AS
Menarik Dibaca: Prediksi, H2H, dan Line Up Cremonese vs Sassuolo (29/8): Apakah Bang Jay Main?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News