kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ekonom BRI: Simpanan perbankan hanya naik Rp 485 T


Senin, 27 April 2015 / 20:21 WIB
Ekonom BRI: Simpanan perbankan hanya naik Rp 485 T
ILUSTRASI. BRI membukukan peningkatan laba bersih 12,4% year on year (yoy) menjadi Rp 44 triliun pada sembilan bulan pertama 2023.


Reporter: Issa Almawadi | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Potensi peningkatan dana pihak ketiga (DPK) tahun ini diperkirakan turun menjadi Rp 485 triliun dari Rp 600 triliun. Angka itu mengacu pada proyeksi perlambatan perekonomian yang hanya akan berkisar 5,2% saja di akhir tahun nanti.

Pernyataan tersebut disampaikan Anggito Abimanyu, Kepala Ekonom Bank Rakyat Indonesia (BRI), Senin (27/4). Menurut Anggito, dengan potensi penurunan pertumbuhan tersebut, maka dapat dikatakan kondisi likuiditas akan kembali mengetat. "Jadi, bank harus berpikir ulang agar bisa menarik simpanan masyarakat untuk kembali disalurkan ke sektor riil," ucap Anggito.

Namun Anggito tidak bisa memastikan apa yang akan terjadi atau tren yang bakal dilakukan perbankan untuk memenuhi likuiditasnya. Menurut Anggito, setiap bank memiliki strategi masing-masing dalam memupuk likuiditas, khususnya yang berasal dari penghimpunan dana masyarakat.

"Sebenarnya, likuiditas masih ada, tapi mahal. Jadi, bakal ada persaingan ketat untuk perebutan likuiditas," ungkap Anggito. Tapi, Anggito melihat, bank-bank BUMN sudah sepakat untuk tidak lagi melakukan perang bunga simpanan, terlebih dengan adanya pembatasan tingkat suku bunga simpanan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Di akhir 2014, DPK perbankan mencapai Rp 4.151,45 triliun. Angka itu naik 13,3% dari posisi akhir 2013 yang sebesar Rp 3.663,97 triliun atau mengalami kenaikan sebesar Rp 487,48 triliun.

Hingga Maret tahun ini, Anggito memprediksi, pertumbuhan ekonomi hanya akan berkisar 4,9%-5% saja. Bahkan, Anggito menyebut, proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal I itu akan berada di bawah 5% yang artinya merupakan level terendah dalam 5 tahun ke belakang.

Anggito mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan dipengaruhi adanya penurunan pertumbuhan konsumsi yang selama ini berkontribusi sebesar 65% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). "Penurunan pertumbuhan konsumsi berasal dari penjualan semen, penjualan kendaraan, konsumsi BBM, kredit investasi, dan impor barang konsumsi," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×