Reporter: Issa Almawadi | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Potensi peningkatan dana pihak ketiga (DPK) tahun ini diperkirakan turun menjadi Rp 485 triliun dari Rp 600 triliun. Angka itu mengacu pada proyeksi perlambatan perekonomian yang hanya akan berkisar 5,2% saja di akhir tahun nanti.
Pernyataan tersebut disampaikan Anggito Abimanyu, Kepala Ekonom Bank Rakyat Indonesia (BRI), Senin (27/4). Menurut Anggito, dengan potensi penurunan pertumbuhan tersebut, maka dapat dikatakan kondisi likuiditas akan kembali mengetat. "Jadi, bank harus berpikir ulang agar bisa menarik simpanan masyarakat untuk kembali disalurkan ke sektor riil," ucap Anggito.
Namun Anggito tidak bisa memastikan apa yang akan terjadi atau tren yang bakal dilakukan perbankan untuk memenuhi likuiditasnya. Menurut Anggito, setiap bank memiliki strategi masing-masing dalam memupuk likuiditas, khususnya yang berasal dari penghimpunan dana masyarakat.
"Sebenarnya, likuiditas masih ada, tapi mahal. Jadi, bakal ada persaingan ketat untuk perebutan likuiditas," ungkap Anggito. Tapi, Anggito melihat, bank-bank BUMN sudah sepakat untuk tidak lagi melakukan perang bunga simpanan, terlebih dengan adanya pembatasan tingkat suku bunga simpanan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Di akhir 2014, DPK perbankan mencapai Rp 4.151,45 triliun. Angka itu naik 13,3% dari posisi akhir 2013 yang sebesar Rp 3.663,97 triliun atau mengalami kenaikan sebesar Rp 487,48 triliun.
Hingga Maret tahun ini, Anggito memprediksi, pertumbuhan ekonomi hanya akan berkisar 4,9%-5% saja. Bahkan, Anggito menyebut, proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal I itu akan berada di bawah 5% yang artinya merupakan level terendah dalam 5 tahun ke belakang.
Anggito mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan dipengaruhi adanya penurunan pertumbuhan konsumsi yang selama ini berkontribusi sebesar 65% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). "Penurunan pertumbuhan konsumsi berasal dari penjualan semen, penjualan kendaraan, konsumsi BBM, kredit investasi, dan impor barang konsumsi," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News